Senandung Rasa
aru saja tiba di rumah, sontak membuat istrinya yang s
ya mengangkat kedua bahunya tanpa menjawab lagi, ia as
suaminya penuh kobaran api hanya karena satu nama, Ryuka, adik kembarnya yang begitu susah diatur dan seenaknya sendiri. Ryuka kembar den
k tau dia aja," celetuk Reyo. Ia tetap menatap ke
sih begitu emosi jika mengingat ada yang mengantarkan surat dari sekolah Ryukake kantornya. Surat panggilan wali murid karena perilaku tidak disiplin. Reyo menggelen
r kapok ..., Abang udah pusing!" omelnya. Usapan lembut di lengan Jevan membuat perlahan emosinya mereda, ia meno
r
berpandangan. Alarm tanda bahaya segera berbunyi di kepala masing-masing. Reyo beranjak cepat dan berlari k
kamu paham 'kan? Tanggung jawab aku urus ke empat adik-adik aku itu berat, Mama sama Papa masih di luar kota jenguk Om dan Tante yang sakit. Ryuka kenapa s
ua satu tapi berat tanggung jawabnya. Pelan-pelan pasti biasa kok," Lara perempuan luar biasa bagi Jevan, gadis yatim piatu yang menarik hati Jevan begitu luar biasa. M
anjak dan langsung menghampiri adiknya itu. Ia men
tak menjawab. "Mana sini, Abang sita semua peralatan fotografi kamu, kamera, dan teman-
jalan masuk. Namun tangannya ditarik Jevan, membuat
pi naga siap keluar dari mulut Jevan jika tak dituruti. Sambil berdecak sebal, Ryuka member
ekat pintu, bersedekap menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jevan kembali ke ruang kel
ya yang menahan kesal. Ryuka membaca isi surat, kedua matanya terbelalak, ia menatap Jevan takut. "Ini ... Ryu nggak ke- mana-mana kok, Bang, sumpah," Ryuka m
luh Ryuka, biar pun adiknya itu merengek, Jeva
bang malu Ryuuu ...." keluh Jevan. Lalu melepaskan jewerannya. Lara menghampiri Ryuka dan
rang tua kita masih di luar kota? Tolong jangan seenaknya sendiri
gimana? Kamu berangkat bareng Reyo juga, 'kan?" Jevan terus menceca
. Kembarannya itu tak ambil pusing, ia berjalan ke arah meja makan dan mengambil buku-bukunya, meninggalkan suasana tak kondusif bagi otaknya y
harus berubah Ryuka, jangan seenaknya gini," Jevan menyandarkan tubuh
lebih senang jika Lara yang ke sekolah, karena akan bersikap tenang dan damai. Tidak seperti
, Bang," Gadis berambut lurus sebahu itu mulai menun
Diska, urus deh, tuh Ryuka." Jevan menjadi bersikap dingin dan cuek. Ia melangkahkan
au, siap-siap Abang nikahin kamu.
ingga menimbulkan suara dentuman keras. Ryuka begitu kesal, ia menatap Lara yang tak bisa menjawab apa
*
Ia bahkan menjambak kepalanya, "Kenapa gue kok bego banget sih, nggak secerdas Reyo, Ma..., Pa, Ryu k
lajaran sekolah yang membuatnya tak bebas. Padahal, itu kewajiban utamanya. Ia mendengkus, kameranya disita Jevan entah sampai kapan, ia ragu jika ia bisa menjal
sam