icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kembali Bangkit Hancurkan Para Pengkhianat

Kembali Bangkit Hancurkan Para Pengkhianat

Penulis: Gavin
icon

Bab 1 

Jumlah Kata:1415    |    Dirilis Pada: Hari ini15:01

tunanganku, Gunawan. Namun, yang kudapatkan sebagai

ingkuh dengan asisten pribad

yang selama ini kubiayai hidupnya, ternyata mengetahu

idak tahu apa-apa, orang bodoh yang

dan tak berdaya, tak akan pe

sudah bisa berjalan. Da

ngan identitas baru sebagai Alena Kusuma, seorang in

a

u membantuku

menyelimuti sejenak, membuat telingaku berdenging. Aku tahu kata-kataku mengejutkan Victoria. Aku bisa merasakan dia terkesiap, se

p? Kau sedang bicara apa?" Suaranya dipenuhi kekhawatiran yang tulus, dan itu adalah satu-satunya

tak berbentuk. Setiap detak adalah siksaan. Kekecewaan itu, rasa sakit itu, jauh lebih buruk dari semua rasa sakit fisik yang pernah kualami selama sepuluh tahun ini. Itu adalah jenis rasa

lah tusukan baru. "Dan kau tahu apa yang paling menyakitkan? Keenan tahu. Dia tahu semuanya. Dia menutupi ini dariku." Bibirku bergetar. Aku bi

ictoria sedang memproses informasi ini. Aku tahu dia marah. Aku

emarahan dan kesedihan. "Bagaimana bisa? Bajingan itu! Dan

tidak sungguh-sungguh mati. Aku ingin mereka berpikir aku sudah mati. Aku ingin mereka merasakannya. Aku ingin mereka hancur.

kan membantumu. Aku akan membuat mereka semua membayar. Katakan padaku apa yang harus kulakukan." Kes

ing putih di depanku. "Kecelakaan yang meyakinkan. Yang membu

banyak koneksi di luar negeri. Dia bisa membantumu memulai hidup baru. Tapi ini

antungku berdebar kencang. Itu suara langkah Gunawan. Aku sudah me

ergi," bisikku pa

an lakukan apa-apa sendirian," kata Victoria d

s panggilan. Aku buru-buru menyembunyikan ponselku

dekatiku, aroma parfumnya yang mahal bercampur dengan sesuatu yang asing, sesuatu yang Vivian. Jantungku berdesir jijik. Di

enyesalan palsu. "Aku tahu aku tidak seharusnya pergi sa

mbiarkannya melihat apa-apa. Senyumku terasa seperti menarik otot

embelai pipiku. Tangannya terasa hangat, tapi aku hanya merasakan dinginnya p

galanya dalam sekejap. Kobaran api di proyek konstruksi Gunawan, tunanganku. Aku berlari masuk tanpa berpikir dua k

abilitasi tercanggih. Dia tampak seperti pahlawan, pria paling se

tak berkesudahan, dengan harapan yang kadang pudar. Ada saat-saat aku ingin menyerah, ingin mengakhiri semuanya. Tapi Gunawan

adalah alasan lain aku bertahan. Aku ingin melihatnya

lah air mata kebahagiaan. Aku ingin memberinya kejutan. Aku ingin menunjukkan padanya bahwa semua pengorbanannya t

ri kamar tidur kami. Pintu yang sedikit terbuka. Dan kemudian, pemandangan yang menghancurkan. Gunawan, telanj

ja, memanggil Gunawan dengan panggilan sayang. Gunawan mencium lehernya, tangan posesif di pinggul Vivian. Aku melihat noda merah di leher Vivian

lanya. Tapi tidak ada suara yang keluar. Hanya keheningan yang mematikan. Aku mundur perlahan, jantungku hancur ber

mar. Kaki-kakiku terasa seperti jeli. Aku hanya

antainya menggunakan barang-barangku. Mengapa aku harus diam? Karena aku melihat Keenan, adikku, berbicara dengannya, tertaw

ejak kapan? Aku adalah satu-satunya yang seharusnya dipanggil seperti itu.

tahu. Aku adalah orang bodoh yang

n pada bibirnya, sentuhannya di tubuhnya, sentuhan Vivian di mana-mana. R

aku, suaraku masih setenang mungk

menyangka aku akan menolaknya. "Tentu, sayang. Kau harus istirahat. Aku akan

a saat dia berjalan keluar dari kamarku, senyum tipis di wajahnya. Senyum itu. Dulu itu adal

kini terasa seperti kebohongan yang kejam. Aku dulu percay

Dan ketika aku kembali, aku akan meng

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka