Dendam Ayahku & Takdir Cinta
lap menjadi taman bunga putih dan emas, merayakan pertunangan Prabu dan Kinar. Lampu kristal memancarkan cahaya l
na hijau zamrud, potongan sederhana tapi pas di tubuhnya, membuat dia terlihat elegan dan berkelas tanpa be
n berkas-berkas digital yang mengaitkan Prabu dengan pemalsuan tanda tangan masa lalu, tapi Re
aran dan serakah. Pe
nakan bukti hukum di acara sosial. Itu terlalu cepat dan kurang dramatis
dan Kinar berdiri menyambut tamu, adalah targetnya. Prabu tampak tampan, tapi matanya terlihat tegang
beberapa ibu-ibu sosialita yang menjadi sumber gosip terbaik di kota i
mencari celah. Gerakan tubuh Kinar sangat ter
membawa nampan berisi saus merah yang
mendekat ke area penerima tamu, bergerak seolah-olah d
ya pada pertemuan mereka di kantor. Prabu mengangguk kaku, tanpa senyum. Li
inar, dia menunggu. Pelayan yang mem
ara
ngayunkan sikunya ke pinggang pelayan itu. Tidak kuat, hanya cukup untu
r
u, tapi ke gaun salah satu ibu sosialita yang paling berpengaruh-Nyonya Hartono. Gaun sat
an itu panik, meminta maaf berulang kali. Nyo
I!" Nyonya Hartono berteriak, menarik perha
"Aduh, maafkan saya, Tuan. Saya tadi tidak sengaja menyenggol sedikit," katanya kepada pelayan
Ada kerutan di dahi Prabu-dia tampak mencuri
segera membersihkannya. Kami akan ganti rugi seratus persen untuk gau
te. Maafkan ya. Ayo, Tante ikut aku ke ruang ganti, biar kami bersi
celah itu. Kinar terlalu fokus pada Nyonya Ha
hanya cukup untuk mengait ujung g
br
, tersandung ujung gaunnya sendiri, dan jatuh berlutut tepat di depan panggung utama. Mahk
nya, matanya tanpa emosi, menonton kehancuran kecil ini terungkap. Itu hany
ada Nyonya Hartono yang masih merengek atau
memeluknya erat, dan membisikkan sesuatu yang menenangkan.
semua ketegangan di wajah Prabu hilang, digantikan
a dia terliha
mengharapkan Prabu akan bersikap seperti Bima, yang akan meninggalkan pasangannya saat pas
menciptakan kekacauan, tapi gagal memicu konflik antara Prabu dan Kinar. Mala
lan melewatinya, menuntun Kinar keluar dari keramaian. Tatapan Prabu, yan
padanya. Tapi dia tidak peduli. Dia sudah men
pintu keluar, meninggalkan kek
capai pintu, sebuah s
ia
u. Wajah pria tua itu merah padam,
na? Kenapa kamu ada di setiap masalah yang terjadi?" Tua
ap Tuan Mahesa, tanpa gentar. "Saya menyenggol pelayan itu, dan Nyonya Hartono yang ja
ikir aku bodoh, Liana? Kamu pikir aku ng
. Itu adalah kalimat yang tidak
u? Seja
, Tuan," kata Liana,
amu siapa. Aku sudah tahu apa yang kamu inginkan. Kamu pikir kamu bisa menyusu
an tubuhnya, suaranya k
terlihat ceroboh, dan membuat Kinar terlihat sebagai korban yang pantas dicintai. Kamu menyia-nyiakan waktumu. Keluar dar
a, semua strateginya, sudah terbaca sejak awal. Dia bukan pemain yang cerdas
kemarahan murni di dalam diri Liana. Jika Tuan Mahesa s
dah tahu, bagus. Berarti saya tidak perlu menyembunyikannya lagi. Saya memang di sini untuk me
Tuan tidak bisa menghentikan saya. Selamat atas pertunangan putranya. Tuan akan menyesal
ngkah Liana kini tidak lagi mantap, tapi penuh amarah dan denda
botase Gagal. Rencana B, Aliansi Beracun, akan segera ia jalankan. Dia har
ponselnya, men
. Aku mau kita bertemu. Besok, di te