Bukan Rahim Istriku
n hanya istri yang memaafkan dan menerimaku apa adanya, sebentar lag
kkan kepala di lenganku. Jujur saja ada keraguan mantra yang yai ber
ari ini. Sekarang kami sama-sama lelah, dan saling berbicara hangat seperti biasa. Mungkin ini l
ee
tnya lagi? Karena itu akan menjat
ya begitu? Apa Papa
gkuh tubuh Risa. Kutunjukkan betapa aku menci
*
ku yang tetap bersama Risa dengan pengharapan mendapat keturunan suatu ha
mbereskan barang. Sedang aku duduk di sofa dengan secangkir kopi buatann
lihat aktivitasnya seperti waktu di mess dulu. Setidaknya aku akan tenang, wanita itu t
an tanpa ragu mendekat padaku di sofa. D
erut Nia." Tangan Nia meraih tanganku unt
" Kuusap permukaan yang terasa licin it
. Wajahnya ber
a, Nia. Sebulan lagi, janin i
ut. Jika dilihat dari dekat dia ini cantik sebenarnya,
Nia pasti kelihatan besar. Ditopang korset pun
Ter
." Wanita itu mengucap ragu. Sedang aku tetiba
eh. Nia tau Mas pasti selain pulang ke rumah orang tua M
pertama pun aku siap mengantarmu pulang ke kampung." Kutarik bibir ini membentuk sebuah senyuman, b
u tersenyum simpul. Tertangkap
*
, kulihat Risa tampak ge
ekati wanita yang telah be
Pah. Badanku g
at saja. Kenapa ma
, Papa be
ti aku ambi
Melihatnya yang terus memegangi perut, aku jadi ingat bahwa usi
asih terlihat gelisah. Sekitar lima belas menit berbaring dengan posisi tak menentu, wanita itu akhi
ngar saat suapan ketiga masuk ke mul
berkali-kali karena panik.
" tanyaku padanya yan
pnya sembari membuka han
." Mataku melebar sem
?" tanyanya deng
g. Ayok kita ke atas kasur dulu
egah. Apa ini efek maag yang kuderi
ak mungkin aku mengangkat panggilannya di saat Risa sedang panik-paniknya. Istri
______
apnya sembari membuka ha
." Mataku melebar sem
?" tanyanya deng
g. Ayok kita ke atas kasur dulu
egah. Apa ini efek maag yang kuderi
apa." Aku m
ak mungkin aku mengangkat panggilannya di saat Risa sedang panik-paniknya. Istri
ak bisa dikatakan jauh. Mau atau tidak,
ng nyaman, aku mulai bertan
asanya
pelan dengan sedikit meringis. Entah kesakitan atau bagai
, Sayang. Kita perik
ah? Bukan dok
," ucapku tak ingin membuang waktu memastikan jani
angguk
Hari ini bahagia. Besok aku juga akan bahagia. Akh
rurat untuk membawanya segera pergi memeriksakan diri. Sepanjang jalan berkali-kali
Kenapa ke bidan?" Risa protes begitu mo
maksa. Tidak ada gunanya menjelaskan banyak hal yang mungkin mem
asien. Setelah mengecek air seni, benar Risa hamil. Ia terke
ku hami
n berpura-pura terkejut
n dengan USG. Kulihat kening bidan itu mengerut. "Mbak
, Bu B
rusnya berat segini masuk usia 6 bulan." B
an karena ovum yang tak dibuahi Bu
tkan alis. "Memangnya Ibu Risa
itu mendesah. "Ya sudahlah. Yang penting bayinya seh
a,
*
Risa. Aku jadi sering disanjung karena akhirnya bis
menghindarinya, dan menjaga Risa yang kini tengah hamil. Aku bahkan menyewa rumah baru agar Nia tidak bisa menemukanku. Malas saja rasanya melihat Nia
ah pulang dari apotik membelikan vitamin dan susu ibu hamil Risa yang habis, motor yang kukendarai t
eorang wanita
on itu. Wanita itu hanya menggunakan daster yang kelihatan lecek. Ada beberapa berc
run dari motor da
menjauh dari rumah dengan memb
suara serak. Aku tidak mengerti dari mana dia tahu? Apa
g kamu b
ura-pura." Nia
akut Risa tahu, aku memaksanya naik
jalan aku berusaha menenangkan Nia agar dia percaya. Tapi tak ada jawaban. Sebenta
. Ke mana perempuan itu? Apa dia marah dan turun di jalan tadi? Jelas-jelas dia
dan sepi. Akhirnya kuaktifkan ponsel, banyak pesan masuk dan tak kupe
pria. Memastikan Agus sudah mengkhianatiku. Namun, b
apa hapenya g
gnya k
mah lagi!" Agus
ngung. Baru datang ingin menu
uh diri semin
pa
yang mene
SAM