Benihku Bukan Cintamu
na semua orang sudah terlalu lelah untuk berbuat drama. Dan jam sebelas malam, karena
r pulau kecil, ditutupi seprai sutra abu-abu gelap. Tapi yang membuat kamar ini berbeda adalah, ada meja instrumen medis kecil di sudut, d
sa. Aku ingin sains.
aan. Aku memakai robe sutra putih, lalu duduk di kursi single sofa yang menghadap ke jendela. Aku nggak menatap kota. Aku
ntiman yang dulunya kupikir adalah puncak dari cinta. Tapi malam ini berbeda. Ini bukan k
takut pada diriku sendiri. Takut bahwa sentuhan itu, sekaku apa
a Al
t seprai. Dia memegang table
udah mengikat. Dia datang bukan untuk uang, dia datang untuk kolaborasi. Tapi kalau sampai d
barisnya. Kontrak itu panjangnya 40 halaman. Empat puluh halaman untuk seb
h sampai?
Dia datang sendirian. Nggak ad
agai ilmuwan, bukan sebaga
tunggu di luar. Nggak ada yang boleh me
. "Apa Nona yakin? Ka
odoh. Dia tahu konsekuensinya kalau dia menyentuhku
n, lalu menghilang d
ni
a. Lalu, langkah kaki yang tenang, ngg
n Adya
r hitam, celana bahan yang nyaman. Tapi kali ini, dia membawa sebuah tas lap
t malam
olaborator," bala
ncapai matanya. "Aku suka panggilan itu.
ini. Di depan aku. Ini adalah finalisasi. Kamu nggak aka
terakhir yang kutambahkan. Matanya bergerak cepat, memproses informasi, bukan
benihku kini adalah mili
lah vessel semen
, tapi satu set sarung tangan steril dan sebotol kecil cairan desinfektan. Dia member
uk mengubah pikiran kamu. Aku nggak akan berusaha membuat kamu merasakan apa pun. Kita di sini untuk men
ini cepat selesai. Aku juga. Semakin lama kami di s
gku. "Kalau begitu, aku yang buat aturannya. Kamu nggak boleh bicara apa pun di l
a nggak merasa terhina
. Aku m
n, di samping Anya, tiba-tiba menyeruak di kepala. Rasa mual itu
terasa hangat di balik kasmir.
n ini," kataku, sua
s, lalu melepaskan robe sutra putihku. Aku hanya mengenakan pakaian dalam berwarna hitam, kontras den
sain pabrik baru di Taiwan. Membayangkan laporan keuangan yang harus kukoreksi besok
Tristan naik ke atas tempat t
nanya. Dia memandangku, dan di matanya, aku nggak melihat nafsu. Aku cum
ang kamu takuti. Ini tentang apa yang kamu inginkan. Fokus pada hasilnya. Fokus pada pewaris
kan sehelai rambut yang menutupi wajahku, dan sentuhannya se
ranku berlari kencang. Elian.
hannya sangat hati-hati, nggak ada paksaan, nggak ada gairah. Dia cuma menjala
menarik napas, menahannya, lalu menghembuskannya panjang. Aku m
u nggak merasakan apa-apa. Nggak ada gairah, nggak ada ketakutan, cuma mati rasa y
ansfer gene
menit, mungkin setengah jam. Yang jelas, di tengah trans
uka atas diriku sendiri. Duka atas kenyataan bahwa aku harus melakukan ini, harus merendahk
enangis. Dia nggak mencoba menghibur. Dia cuma menjauhkan dirinya, membiarkan tub
endengar bunyi gesekan kain saat dia
ap langit-langit. Air mataku terus
li ini, dia nggak menyentuhku. Dia cuma meleta
n profesional. "Aku sudah memastikan semua berjalan sesuai hipotesis. Sek
bicara. Tenggorokanku tercekat ol
di sana. "Jangan pernah berpikir ini adalah kegagalan. Ini adalah awal. Jangan biarkan rasa sakit
k ada tatapan ke belakang. Pintu tertu
kar pasti sudah mengunci ruangan dari luar,
selama tiga tahun. Aku menangis. Menangis bukan karena aku dilecehkan, tapi men
mpai akhirnya, aku terdiam. K
dah ditanam. Benih dari pria yang paling cerdas, paling dingin, dan paling profesion
Aku berjalan ke kamar mandi, members
galkan Tristan. Aku mengambilnya. Itu bukan laporan ilmiah
a, tapi aku harap kamu membiark
rkannya ke tempat sampah. Kebahagiaan? Aku nggak
ra malam yang dingin menusuk kulitku. Aku menatap kota di bawah. Eli
en yang jauh lebih superior. Dan sebentar lagi, dunia ak
masi kehamilan ini secepatnya. Jika berhasil, kita luncurkan rencana fase dua: Mendirikan klinik kesuburan dan penelitian genetik di bawah nama King Ca
ng baru saja lahir kembali dari abu pengkhianatan. Aku nggak
nya. Sekarang, dia cuma ghost. Dan aku, aku