Di Mana Sayap Tumbuh
di sepanjang jalan berbatu menuju asrama universitas. Di tangannya, ia menenteng syal yang ia rajut sendiri-untuk Isabelita-dan di dalam hatinya, kegelisahan yang telah me
a. Selama beberapa detik, tak ada ja
etengah mengantuk, rambutnya acak-acakan, jiwanya defensif.
ng kau lakukan di
kemudaan dan kelelahan. Namun di sana, hampir tersembunyi oleh sejumput rambut, terdapat bekas
utup mata. Aku tahu kau membawa sesuatu sendirian... dan aku tak akan membiarkan itu lagi."
k: Malam P
elas malam, dan ia baru saja kembali dari perpustakaan, kepalanya penuh catatan dan bahunya meneg
Awalnya, ia ragu-ragu. Lalu
gnya ke dinding. Ia mencoba berteriak, tetapi rasa takut mencengkeramnya bagai sumbatan tak kasat mata. Ia ingin la
terjadi dalam hitungan detik. Namun baginya
mengundang lebih banyak kegelapan. Ia menutupi bekas luka itu dengan rambutnya, dengan ber
e
nya bersih, rapi, seolah kekacauan batin I
. Amelia meletakkan tangannya di atas me
ini bukan untuk menghakim
. Ia memainkan pinggiran cangkir koso
mengabaikannya, ia akan hilang," bisiknya. Kata
terjadi,
pelan namun tegas, ia mulai berbicara. Tentang serangan itu. Tentang rasa takut yang melumpuhkan. T
merasakan darahnya mendidih. Kemarahan-murni, protektif-mulai membuncah dari lubuk hatinya. Bukan terhadap Isabelita. Melainkan terhadap dunia
kata Amelia dengan senyum tipis yang sendu. "Tapi tahukah kau? A
di Balik
Sakit rasanya memikirkan kau menanggung semua ini tanpa dukungan. Tapi lebih sakit lagi karena kau
h lemah. Bahwa jika aku bercerita pada mereka... semuanya a
esar daripada yang dibutuhkan untuk melangkah maju setelah kejadian seperti in
san yang tertahan. Melainkan sebuah pelepasan. Sebuah "akhi
ekap. Ia menghibur. Mereka berdua mena
i antarsaud
ptakan ruang. Namun sebelum pergi, ia berhenti sejenak di pintu. Isabelita memperh
a kisah ini tidak akan membekas di hatimu karena apa yang merek
a menghampiri adikny
sandar di bahunya. "Terima kasih karena tidak meni
aku untuk mencintaimu
bahwa cinta-cinta yang membara itu-lebih kuat daripada rasa takut. Sementara itu, di rumah, Gabriel berguling-guling di tempat tidurnya, gelisah, sementara Tomás menggumamkan omo
ebenaran. Untuk setiap ketakutan, cahaya.
ita tak kunjung hilang, setidaknya sek
mili
h be