icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Di Mana Sayap Tumbuh

Bab 2 Dua belas minggu sebelumnya

Jumlah Kata:1080    |    Dirilis Pada: 11/11/2025

menyusup ke celah-celah jiwanya, menyelinap pelan di

andikan dapur dengan ketenangan yang menipu. Uap teh mengepul membentuk spiral lembut yang nyaris menghipnotis. Semuanya tampak biasa saja. Hingga matanya te

tu. Hanya namanya, tertulis dengan tinta hitam dengan tulisan tangan tak beraturan yang tampak lebih seperti ukiran daripada tulisan tangan. Bahkan saat itu, bahkan sebelum

jari-jari gemetar, sebuah pesan

mendapatkan ak

anya, sesuatu pecah di udara. Pisau mentega tetap menggantung di tangannya, tetapi Amelia tak lagi memikirkan roti

ng tamu, suara Isabelita menggema melalui pengeras suara telepon, dengan antusias menceritakan beberapa anekdot universitas. Dari ruangan lain, Luciano bersenand

isi

si-ilustrasinya, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain. Selama berminggu-minggu, sesuatu telah memberitahunya bahwa ada yang tidak beres. Keheningan di antara orang

n, keheningan Ibu yang menegangkan. Ia bangkit diam-diam dan mengintip ke luar pintu. Ia melihat

ya. "Kau bai

. Atau mencoba tersenyum. Namun senyumnya ha

... selembar kertas

seperti anak-anak yang harus tumbuh sedikit lebih cepat. Dan meskipun

edi

a. Di luar, bulan terbit bulat dan waspada, memancarkan cahayanya ke taman. Pohon badam yang mereka tanam

erlipat di pangkuannya. Sulit baginya untuk melihatnya lagi. Itu hanya satu baris teks, tetapi kegelisah

wa perempuan itu ke liang kubur. Ia teringat kesunyiannya sendiri, yang telah ia sembunyikan dengan begitu baik sehingga terkadang ia lupa bahwa semuany

pipinya. Lalu satu lagi. Da

: Bisikan d

linis, dan pengingat terus-menerus bahwa beasiswanya bergantung pada kemampuannya untuk tidak gagal. Pagi itu, seorang profe

ya ambigu. "Dan bahwa ada orang-orang yang tidak lupa." Perempuan muda itu tidak mengerti p

gar gumaman. Seseorang mendekat dari belakang, terla

ahu sia

wasi. Ia tak berkata apa-apa. Tidak kepada Amelia. Tidak kepada Luciano. Ia tak ingin membuat mereka khawatir. Namun ses

ari-hari dala

lalu meremasnya dengan marah dan membuangnya ke tempat sampah. Ia memeluknya erat, terlalu erat. Ia ber

katanya. "Apa pu

idak yakin. Ti

ia mulai mengamati lebih dekat. Ibunya. Ayahnya. Isabelita. Keheningan-keheningan itu. Ia merasa ada du

kata baru, menari tanpa musik. Ia adalah kemurnian itu sendiri, kepolosa

Sebelu

bersampul biru tempat ia menulis selama bertahun-tahun. Ia membukanya pada halaman koso

Atau tersegel. Hanya sebuah ancaman yang berbau ma

saat kata-kata mengali

sa takut tak selalu butuh pintu untuk mas

ntuk mematikan lampu, tetapi sebelum itu, ia menatap pohon badam itu sekali lag

uara lirih, ia

kulepaskan aga

da ja

aan itu sudah

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka