The Ex Brother 2
imitri
kanmu di acar
k terbaca jelas lewat
arus diberi penolakan secara pasti jika tidak ingin menjadi duri dalam kehidup
yang menggerogotimu karena mendiang Megan. Acara ini memang sudah jadi impiannya sejak dul
idak pernah sempat menuliskan hal-hal tidak berguna, selain dari imajinasi liarnya yang tertuan
ya sendiri. Audrey Mika sejenis wanita rapuh dan cengeng ya
di atas angin. Tapi, jangan harap aku akan terus diam ji
h sore? Aku terlalu bodoh dan tidak peduli tentang perbedaan waktu yang t
ng jauh pikiran bahwa kini, sudah dua puluh empat bulan berlalu sejak kam
kau nanti
, aku tahu dengan cara mendiamkannya seperti tadi, membu
perempuannya. Megan tetaplah Megan. Dan
uncul ketika aku melangkah keluar dari restoran.
milik restoran ini bersama salah satu rekan bi
anya setelah Lucas membu
ndupan senjata k
empat kekasih hatiku memilih tinggal selamanya di sana.
dan mengagumkan. Aku menyukai siapa pun
waban jujur dari Lucas, karena dia selalu bicara apa adanya,
k pengamanku sendiri. Sekarang aku sadar, mu
dapat yang kau berikan." Kuberitahu dia kembali tentang hal yang
njilat di Oxley dan Nixon-pihak Ibuku-yang terus berkembang layakn
, Tuan. Benar-benar
ham, la
uan Hugo memilih kota Halbur karena tindak kejahatan di sana sudah mulai marak terjadi be
keberadaan Nona Olivia Finley yang terduga b
ku yang tersisa-selain Luigi-sedang sibuk membujuk satu sama lain u
h kami berenam. Jadi wajar saja, tidak ada satu pun yang percay
gi juga, tahu pasti perasaanku
aku, Putra sulung mereka yang luar biasa nekat melawan jika keduanya berani
pa
pku. Walau penentang hubunganku dan Olive sudah tidak ada, lenyap, aku te
ma. Keberadaanku masih semenakutkan dulu. Aku tahu, sempat memudar saat mereka menyadari b
gan kami. Lagipula, sejak kapan ada restu yang kubutuhkan? Tidak ada. Aku sungguh
hy
rjaku saat wajah luar biasa tampan m
rsi. Duduk di sana dan menatap lurus pada Hug
ti lawan dalam satu darah. Harga diriku dan kelima Adikku meman
duk
arak dariku, memberi kelonggaran
ahwa empat puluh empat kotak senjata api laras panja
a, ini seperti dialog yang terus menerus diulang di depan
ngenal semua adik-adikku. Tidak terkecuali H
as tahun-aku memergokinya sedang belajar memegang senapan laras pendek le
dak dengan saat ini. Kami terlalu tidak peduli tentang sa
Zee. Entah rasa suka, simpati, atau benar-benar tulus peduli, sungguh, ak
memiliki perbedaan pa
pikir, bahwa jika pun aku melarangnya, akan ada cara lain untuknya bertemu Ze
bali bersama yang lain.
sam