Ayo Kencan Pura-Pura, Temanku [21+]
n panasnya adrenalin di telapak tangannya yang baru saja menggenggam Hao. Kemenangan. I
ra. Hao berjalan di depannya, jaket hitam
ningan saat mereka mencapai lahan parkir yang sepi. Suaranya sedi
uk saat berhadapan dengan Luna, kini kembali kosong dan lelah. "Mungkin. Tapi ini baru awal
ene lagi? Gue siap," tantang Yena, menarik j
Mereka harus yakin ini direncanakan, bukan cuma reaksi spontan saat
ran kutu buku yang kaku ya? Kita mau kencan palsu, b
suaranya datar. "Aku nggak mau ada kesalahpahaman. Apalagi se
sebuah apartemen tua yang disulap menjadi studio sekaligus tempat tinggalnya. Bau
gginya mencapai langit-langit, di tengah ruangan ada kanvas besar yang di
k ada kasur?" tanya Yena, menyentuh
l air dingin dari kulkas mini. "Ini lebih nyaman buat aku daripada
di meja kayu yang permukaannya penuh noda cat.
n Kencan Palsu. Tanggal mul
dalam hatinya, ia merasakan sedikit rasa penasaran. Kontra
n aturan pertamanya," kata
mengetuk-ngetuk meja. "Aturan
Maks
kamu. Kita nggak bisa langsung pelukan atau ciuman di depan umum, itu terla
pikir kita lagi main drama SMA? Kenapa nggak pega
nggak. Kamu terlalu berisik, dan aku terlalu pendiam. Merangkul bah
Batas Fisik. Maksimal hanya merangkul bahu. Pegangan tangan hanya diizinka
t," ka
dua kali seminggu di tempat yang sering dikunjungi Scott dan Luna. Nggak boleh
, Hao. Dua kali seminggu? Aku bisa bikin Scott ja
kan lebay. Dan kita butuh alibi kuat. Kita harus sering terlihat di rumah aku." Hao
ama ini kamu pac
datar dan kaku ia membalas
itnya dengan berat. Ini terasa leb
irinya mengacak rambut Yena kasar. "Enggak lah. Ber
nulis. Dua kali seminggu, publik. Wajib
ao, kali ini dia terlihat menahan tawa. Hanya
nya, bingung
senyuman palsu. Minimal 10 detik. Tujuannya untuk membuat mereka berpikir kita benar-benar b
ggu. "Oh, God, kamu beneran drama! Senyum terobsesi? Oke, aku suka
yang mencapai matanya, dan itu membuat Yena sedikit
get', wajib saling tatap dan melempar senyu
g penting," kata Hao, tatapann
duganya. "Jang
ernah lupa kenapa kita melakukan ini. Tujuan kita balas dendam, bukan mencari p
asama. Tidak ada perasaan romantis yang diizi
aneh. Kontrak itu melindungi mereka dari Scott dan Luna, tetapi
ngapain? Emang kamu nggak kepik
ciuman itu jorok. Gak masuk
u tertawa. "Kamu bilang kita bukan drama remaja SMA. Tapi g
l ngomong ya! M
man, Yena. Kalau udah pernah. Pasti ngomongnya beda
Rambutnya yang pendek. Bibirnya yang cerewet dengan lipstik o
Hao. Buat suami aku nanti. Ini investasi jangka panjang
drama pacaran kita ini, kamu
Hao, apapun akan kulaku
ihat lukisan Hao tidak mendengarkan. Itu hanya sebuah pengakuan kepada sahabat
mulai berputar di sekitar jadwal ba
ebuah studio di atas garasi rumah utama-membua
, adalah seorang guru taman kanak-kanak yang kini fokus pada kebun dan dapur. Bunda adalah tipe ibu yang tahu banyak hal, termasuk bahwa Yena, Scot
tudionya, dan pergi. Tetapi Bunda selalu data
kayak orang meditasi. Nggak bakal kedengeran kalau ada gempa," ujar Bun
sif, dan waspada, tiba-tiba merasa kikuk. Dia terbiasa dengan kebeba
-repot," kata Yena, membiarkan jaket kulitny
g lihat kamu jemput dia dulu," Bunda tersenyum lembut, senyum yang penuh pengertian dan sedikit kekecewaan yan
ik kunci pas di bengkel daripada cabai. "Boleh, Tant
gak apa-apa. Hancur sedikit, Tante tanam lagi. Lagipul
ee
nya berbicara tentang kebun. Kehancuran itu ter
enghabiskan waktu di lantai bawah,
ang membuat sambal dabu-dabu
h tanya kenapa say
an berempat itu sahabat. Tante sedih sekali dengar kabar Scott dan Luna. Bukan karen
Bunda mendengar kabar burung tentang Yena yang bad gir
kal nyakitin anak Tante?" tan
Pelukan yang singkat, tetapi sangat erat, s
sa membuatnya keluar dari buku dan kanvasnya," Bunda melepaskan pelukan, menatap mata Yena dengan lembut. "Tante tahu kamu dan Hao ini beda
adi, kalian memilih untuk putus baik-baik dulu, bukan malah saling melukai persahabatan. Tante kenal kalian semua dar
apartemen mewah ayahnya. Scott selalu menjaga Yena tetap di tempat yang 'aman' dan 'terkontrol'. Scott t
idah tajam. Bunda tidak menghakimi, hanya menyayangkan kehancur
h ini, di bawah pengawasan Bunda, Yena tidak perlu berakting. Dia bisa menjadi dirinya sendiri yang lelah, da
mulai bertanya-tanya, apakah kehangatan tulus ini adalah bagian dari