MINE
tahun
hari Jumat yang berarti seharusnya ia tidak ada kelas. Namun, entah kenapa do
hidup mandiri, jauh dari kota asalnya. Kadang kemandirian akan menumbuhkan rasa kedewasaan. Prinsip itulah yang dipegang Ana sehingga dia memilih untuk hidup sendiri. Sekarang Ana dapat merasakan sendiri bagaimana sul
na tersenyum konyol menatap dosen
t anak yang sering telat kayak kamu gini, tapi masih tel
tu yang bisa Ana uca
ain kali jangan seperti
gangguk semangat. "Si
berita tentang perang di Timur Tengah." La
udnya
berita tentang perang di Timur Tengah
suk. Namun tetap saja hukuman akan dia dapatkan. Seharusnya dia berhati-hati dengan dosen s
*
jam makan siang. Hari yang menjelang sore hanya menyisakan beb
a banyakin biar subur, jangan lupa kerupuknya. Minumnya es teh ya, es-nya banyakin.
u aja banyak mau,"
juga tang
main aja makanannya,"
. Memang sedikit menyebalkan mempunyai sahabat seperti Ally, tapi mau bagaima
egitu menyukainya sampai bisa melupakan harga dirinya sendiri. Makanan sederhana seperti inilah
ng tersisa saja membuatnya sedih. Itulah yang membuat berat badannya naik tiga kilo dalam beberapa bulan terakhir ini. Setidaknya jauh dari rumah me
kepalanya dan menatap
a Ana memakan suapan
senin ada k
i pagi.
akultas Bisnis." Ana terdiam dengan bingung, sebenarnya dia sedikit ma
ng lain deh ya," ucap Ana memohon. Selain karena ma
sa masuk seminar gratis, nambah ilmu juga. Mau ya?" Ana terdiam sambil menggaruk keningnya
embicaranya siapa?" ta
anya pembisnis sukses, masih muda, ganteng la
a udah aku mau, Kak. Kabari
a hanya mengangguk dan menata
apa kab
uh, "Gampang lah, aku kan
, tugas lagi banya
r. Dia harus pulang sekarang. Mengerjakan semua tugasnya sebelum tugas lainnya mulai berdatanga
enunggu jawaban, Allly langsung duduk di atas m
Percayalah, setelah Ana kuliah dan hidup sendiri, dia menyangkal habis-habisan tentang kehidupan anak kuliahan di FTV. Dia tidak merasakan kebahagiaan yang sama dengan apa
*
bat, lebih tepatnya kesiangan. Terlihat sudah banyak kru TV kampus yang sedang menyiapkan alat untuk liputan nanti. T
sapa Ana memperliha
ar dan mendengus jengkel, "Uda
abis begadang nonton film. Film itu tuh yang l
h mendengarnya. Dia dan Sarah memang termasuk movie a
fing dulu? Ayo, a
ah selesai dari tadi. Nggak liat jam kamu? Udah jam setengah 9 juga baru daten
" tanya Ana mencoba untuk
ateng?" Alex b
l semalem aku juga begadang melototin rundow
arah dong, Kak.
rus. Ana kamu pegang Cam 1
p, B
*
ai dan aula terlihat seperti pelangi dengan warna almamater dari berbagai universit
but Bapak Davi
at pria berjas naik ke atas panggung. Dia mulai mengerti kenapa para mahasiswi terlihat sangat bersemangat. Ana menatap pria di atas panggung itu dengan mata y
kan gulungan kertas yang mendarat di kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Sarah, dia men
dengan sangat cepat. Ana terdiam memperhatikan pria yang sedang berbicara itu. Setelah dipikir-pikir, Ana akan sediki
*
gangkut alat-alat untuk dikembalikan ke studio. Ana dan kru lainnya sedang m
tadi pidatonya
ang keren ap
angnya
g banget tadi, wibawanya
enar, kesan pertama yang dia lihat dari Davinno Rahardian adalah tampan, bahk
esai, pulang
." Tiba-tiba Alex
"Nggak usah, Bang. H
esai kok, dia
an kampus lagi. Aku jug
kan menabraknya, tapi itu tidak terjadi karena mobil berhenti secara mendadak dan membuatnya terkejut. Jantung Ana berdetak dengan kencang. Dilihat kalum ma
diam. Dia terlalu terkejut denga
h hidup k
i-hati ya, jangan main HP terus. Bahaya, jadi rusak
harus ke kantor sekarang!" uc
ganti. Lain kali hati-hati ya." Pria bern
askan di atas aspal. Saat mobil melaju di depannya, Ana melihat pria yang menjadi pembicara seminar tadi sedang duduk dengan gaya angkuhnya. Pria itu mena
danya terasa sesak. Debarannya berbeda dengan peristiwa yang baru saja dia alami. Sa
*
B