Rahasia yang Menghancurkan Cinta
oma hujan semalam yang basah dan segar. Alara berdiri di balkon lantai atas, memandang halaman yang biasanya
rahasia kecil, perilaku mencurigakan, hingga dokumen yang menyingkap sisi gelap sebagian orang di rumah itu.
dan langkah kaki bergema di seluruh rumah. Raden sudah berada di ruang tamu, duduk tegap di k
nyanya, suaranya ren
sopan. Ini ujian-ujiannya untuk menentukan apakah ia cukup
, memperhatikan setiap gerak, kata, dan ekspresi. Ia mencatat mental siapa yang tampak gugup, siapa yang terlalu ramah, siap
ng berjalan. Salah satu penasihat mengungkapkan adanya ketidaksesuaian dalam al
n sekaligus risiko. Jika Raden meneliti lebih dalam, rahasia yang ia te
itu. "Sepertinya ada pihak yang mencoba memanipulasi
enunggu keputusan Raden. Ia menatap Alara sekejap, s
ng tersembunyi di balik senyum ramah beberapa orang yang duduk di sana. Ia sadar, jika ia salah langkah, ia bisa me
g kerja pribadinya. Ia tahu percakapan selanjutnya akan men
rhatikan dokumen tadi. Kau mulai memahami sesuatu yang orang lain lewatkan. Tapi i
u belajar bahwa kadang senyuman manis bisa menjadi
pengakuan, ada tantangan, dan sedikit ketegangan. "Bagus. Tapi ing
a datang dari arah yang tidak terduga-dari mereka yang ia anggap sahabat, dari o
anyakan hal-hal yang tampak sepele, tetapi penting. Dari percakapan itu, ia mengumpulkan petunjuk tentang aliran dana, proyek-proyek tersembu
i balkon kamarnya, Ala
pengkhianatan, dan agenda tersembunyi. Tapi aku juga belajar satu hal: in
di ujung balkon, menatap kota yang gelap.
ang menunggu arahan orang lain. Kau mulai memahami
saran, dan sedikit kebanggaan. "Aku belajar... karena a
gkah harus diperhitungkan. Tidak semua orang akan meneri
at tinggal, tetapi medan pertempuran. Setiap orang, bahkan yang tampak ramah, bisa menjadi ancaman. Ia menyusun
kan adanya pihak ketiga yang mencoba mengambil keuntungan dari proyek keluarga. Ia sadar, ini bukan h
ini sekarang, atau menunggu saat yang tepat untuk menggunakan data ini seb
uat darahnya berdebar. "Ketahuilah... kau tidak sendirian. Tapi ingat, aku
balik: pengkhianatan akan terungkap, keputusan besar harus dibuat, dan ia harus memilih apakah ak
natap lampu kota yang berkilauan. Ia menulis satu k
ereka. Aku tidak akan tunduk. Aku akan memilih
menjadi pion atau bayangan. Ia adalah pemain yang sadar, strategis, dan siap me
at celah jendela kaca besar. Alara duduk di kursi dekat perapian yang padam, tangannya memegang surat yang baru saja dikiri
yang justru menandatanga
cayai, yang memberinya perlindungan, pekerjaan, dan harapan di tengah kekacauan. Tapi kata-kata itu men
udara malam dingin bersamanya. "Kau belum tidur,"
at itu di bawah buku catatan.
buruk
ibilang
lapnya mengamati setiap gerak Alara. "Aku sudah mengatur agar besok kau tak perlu dat
ya tajam. "Kau bilang ini demi kebenaran, tapi terlalu ba
eberapa detik sebelum menjawab, "Rhea memilih
entang apa?"
harusnya tet
sahabat seperjuangan, yang menghilang begitu saja dua minggu lalu. Katanya, pergi ke l
aku bertanya padamu, jujurlah-apa kau
am, menusuk. "Kau
benaran!" teriaknya
, menatap keluar. "Kebenaran adalah mata uang ya
ara lagi, kini berdieberapa jengkal. "Jangan cari hal yang bisa menghancurkanmu, Alara,"
itu saja, pintu tertut
menjadi penonton dalam hidupnya sendiri. Rhea mungkin sudah tak ada, t
cul. Di tangan kanannya, ia menggenggam flashdisk kecil yang ditemukan semalam di sela-sel
ik utara. Gedung itu pernah menjadi kantor riset sebelum terbakar sebagian. K
," sapa Al
uk tanpa banyak bica
apa, tapi
ala, menampilkan folder terkunci dengan kata sandi. Di bawa
. Semuanya gagal. Hingga akhirnya ia mengetik satu
r te
at darahnya berhen
data identitas, sejarah, dan bahkan catatan kriminal orang-orang pent
eriakan. Rhea benar. Raven bukan
t terdengar
yang tidak seharusnya," suara ding
n-salah satu tangan kanan Raven. Tub
bukti," ujar Alar
alahnya, kau tak akan sempat keluar dari
enyambar pemadam api dan menyemprotnya tepat ke wajah pria itu.
ng di dekatnya. Ia menunduk, berlari menembus lorong sempit, lalu kelu
api bersamaan dengan ketakutan itu, ada juga rasa lega-ia tahu keb
ak ada korban ditemukan, hanya sisa laptop yang meleleh. Berita itu tersebar di seluruh jaringan
suatu mengganggu pikirannya. Di pojok layar, ada notifikasi sistem kea
n me
." gumam
di pinggiran kota, bersembunyi di rumah lama milik keluarganya yang dulu terbengkalai. Di sanalah ia m
rusak. Hanya ada satu video pendek yang tersisa: rekaman R
a adalah Lysandra. Segalanya dimulai dari dirinya. Dan Alara, kau satu-satunya yang bisa m
i tiba-tiba,
"Seseorang di pihakk
onsel. Ada satu nama yang ba
n malam. Aku tahu bagaimana menj
enalkannya pada Raven. Ia mempercayainya... atau setidaknya dulu
tul di permukaan air. Alara berdiri di antara bayangan peti kayu, menung
seruny
jaket hitam. Wajahnya tampak lelah, tap
aku ingi
akan me
cil. "Ini salinan server pusat Raven Industries. Tapi k
embantuku
wab Evan lirih. "Aku tahu apa yang dia l
kalimatnya. Evan terjatu
menahan tubuhnya. Tapi dari kejau
aktu yang salah," katan
ontainer. Peluru bersiul di sekitarnya. Ia bersembunyi di balik tumpuka
memintaku untuk membawamu hidup-hidup. Tapi
lawan majikanmu?" sahut Al
Karena kau bahkan tak tahu si
ai bahu Declan, membuatnya tersentak dan terjatuh. Ia segera
etika mesin perahu menyala. Tapi sebelum ia sempat b
, hent
, berat, tak s
kebenaran, bahkan jika kau me
yikan, Raven," balas Alara. "Aku pun
pun yang kau pegang, semuanya berasal dariku. Aku menciptakan sist
di hitam, lalu muncul pesan baru: REMOTE ACC
mengambil
jauh untuk ditarik mundur. Tapi menyerah bukan pilihan. Ia membuka panel
akan mendapatkan ini," ka
n, helikopter mendekat. Entah milik Raven atau pihak lain-ia tak tah
orkan mengalami kebocoran data besar-besaran, melibatkan proyek rahasia Lysandra. Tak ada y
ari rekaman CCTV dermaga. Senyumnya tipis, tapi matanya menyala dengan sesua
saja dimulai,"
ap pantulan wajahnya di cermin retak, luka di p
ya lirih. "Sekarang