Rasa Sakitku, Kesalahanmu
/0/28861/coverbig.jpg?v=5208abd5ff844d444b576a621aec194c&imageMogr2/format/webp)
un deras
seorang ibu yang sedang memeluk tu
as terakhirnya telah berlalu beberapa menit lalu, tapi Rafaela masih saja berb
ama di sini. Tolong, jangan
a bergetar, bukan karena dingin dari pendingin ruangan rumah
k dalam diam. Dokter yang tadi mencoba menyel
yang bisa m
harapan itu
nekan seolah bisa memaksa darah mengalir lagi
ela runtuh
enutupinya..." uc
setiap detailnya-alis tipis, bibir mungil, lesung pipi kecil yang du
erbeda, suaminya-Naren-sedang berd
ngannya, senyum terukir di wajahnya saat seorang wanit
embut wanita itu terdengar manja. "Sepuluh ta
menatap wajah Selen
a bekerja," ujarnya, membalas pelukan
kit, Rafaela akhirnya mele
at ke ruang jenazah, dan Rafaela ha
gannya
ung kecil milik Naira-ben
nya lemah. "Kita bakal ber
i kecilnya, se
lus yang tak b
i kehilangan kepercayaan, kehila
ecil dekat rumah orang tua Rafaela. Langit mendung, u
kerabat, tetangga, dan dua orang sahabat
tidak
rjalanan," kata salah satu
terjeba
ren tidak akan datang. Ia tahu k
menjawab pangg
h pesan singkat dar
i acara penting, akan seger
i di depan pus
di batu nisan den
e - malaikat
erhembu
enempel di pipinya yan
akan antara marah, sedih, atau hamp
t melihat dia untuk t
rna matanya ketika memo
waktu yang lama, sampai semua ora
untuk pertama kalinya, ia tak lagi berusaha meneduh. Ia me
a, Naren akh
ruang tamu, mengenakan pakaian hitam, wajahnya tan
uara itu muncul-suara yang dulu selalu membua
maaf.
motong kalimatnya. "Kau tahu
u tenang sampai membuat udar
p. "Aku... dengar dari Ma
a," potong Rafaela. "Kau di p
uk, tak bisa
ntuk membicarakan itu," ujarnya akhirn
menatapn
gu kau di rumah sakit. Dia memanggil nama Ayahnya...
a pecah di a
Ada amarah yang lama terpendam, muncul bers
menunjukkan rasa bersalah-a
au kondisinya separah itu.
"Waktu untuk apa? Untuk bersenang-senang de
an menggema
alu memejamkan mata sejenak. Air m
k disebut Ayah, Naren. K
nya kaget. "A
nikahan ini-semuanya tak ada artinya lagi. Aku akan k
kat, tapi Rafaela m
dengan mata yang kini
isa hanya
ta lamamu, Naren. Aku harap itu
menaiki tangga ta
menatap punggung wanita yang dulu ia cintai,
ulan b
Ia menyewa apartemen kecil di pusat kota, bekerj
selalu menj
utup mata, suara N
ak itu muncul-senyum lembut, tang
luka, ada sesuatu y
h itu tid
a itu tak
dak hanya menghancurkan keluarganya, tapi
laptop, mencoba menggambar sketsa gaun
tak di
annya s
jadi di malam anakmu meninggal, datanglah ke
ponsel itu lama. Jan
ar saat membaca
pa ada sesuatu y
it, bibirnya t
sejak kematian Naira, ap
mata, bukan lag
i t
emang masih ada yang berani menyent
p bayangannya
itu kini ter
anya-ketegasan, kebencian, k
Rafaela t
Naira di meja kecilnya
k. Mereka semua
git tahu, seorang ibu yang kehilangan anaknya
api sebagai bayangan ya
jendela apartemennya. Angin malam berhembus
ejauhan, namun pikirannya jauh
h tertera di l
jadi di malam anakmu meninggal, datanglah k
daerah Antasari - tempat yang dulu sering ia
katanya. Tapi mengapa seseo
erdegup pelan tapi berat. Ada perasaan taku
uruk dari kehilangan anakku
il itu menatapnya seolah memberi kekuatan. Rafaela menggengga
g ada kebenaran yang disembun
abu dan topi sederhana. Ia berjalan sendirian me
saat tiba di dep
pas, papan nama hampir roboh. Tapi pintunya ter
angkah
kayu lapuk
nya menggema di anta
g?" serun
da ja
kang, terdengar lan
Lalu sosok seorang wanita muncul dari balik pintu dapur. Rambutnya sebah
nita itu dingin. "Kup
pnya hati-hati
h map cokelat di meja. "Namaku Aira. Aku dulu
erkejut.
yang membayar dokter untuk menu
egang. "Apa
an medis, catatan perawatan, dan-sesuatu yang membuat napas Rafaela tercekat-lembar
gemetar. "Ini ta
er meminta izin untuk tindakan lanjutan. Tapi suamimu-Naren-menolak. Ia
di kepalanya hilang.
anya nyaris tak terdeng
g Aira dingin. "Aku ada di sana,
aih dokumen itu. Ia membaca ulang setiap kalimat, tapi huruf-hurmemberitahunya. Tanpa pernah memberi tahu
sik lemah. "Dia yang m
hal: setelah anakmu meninggal, rumah sakit menerima transfer
r matanya berhenti. Matanya menatap koso
ujarnya lirih. "Membayar dunia agar berp
bantu. Tapi kau harus hati-hati. Naren punya koneksi kuat di perusahaan
a itu dalam-dalam. "K
awab Aira pelan. "Dan aku tahu
m. Lalu mengan
ukan semuanya. Aku ak
ua salinan file asli ada di sini. Jang
am benda itu erat
"Mereka tidak akan diam kala
nya. File-file dari flashdisk itu terbuka satu per satu: laporan me
isau yang menorehkan
, melihat bukti transfer, hingg
ak perlu tahu detailnya. Saya tidak in
Dingin. Tidak m
ngan tangan, menahan isak y
tar, tubuhnya
pernah bersumpah akan melindungi keluarganya, bisa d
." suaranya bergetar. "De
p, air matan
hening-dan kemarahan y
n, menatap pantula
lagi milik Raf
mbutan. Tidak
dingin, dan niat yang
u, Naren? Sekarang lihat... aku ak
rikutnya, Ra
a, tapi diam-diam
rlibat-dokter, staf rumah sakit, b
ar laptop, mempelajari alur uang dan doku
hanya untuk membungkam rumah sakit, tapi juga mengalir ke proye
nghubungi
sesuatu," kat
t dan perusahaan farmasi tempat Nare
erdengar panik. "Kalau benar itu pr
ah kehilangan segalanya. Sekarang hanya satu tujua
, lalu menatap lay
ma pengirim uang muncul
flashdisk cadangan dan m
sebuah pameran busana. Ia diundang oleh t
an hadir di sana
enar
n, pandangannya langsung
sedangkan Selena memegang lengan
isik, membicarakan
m kecil. Ia melangkah
tampak terkejut.
ainer, Naren. Duni
ang, tapi tatapan
nya sinis, ter
langsung," katanya dengan nada pura-pura
Semoga ia juga bercerita bagaimana ia
gsung memudar. Wa
i sini," bisik Naren c
m dingin. "Tempat ini terlalu indah untuk se
n. Naren menarik Rafaela ke sudu
an?" desisnya. "Kau
, suaranya nyari
an hanya mempermalukanmu-aku akan men
inggalkan Naren yang te
duduk sendirian di
bus, membawa
sambil menggenggam f
a. "Aku akan buat kau me
elnya, pesan dari
ereka tidak sekadar menutup kasus. Mereka menjual obat p
p layar itu, m
"Kalau begini permainannya
i, langka
adi perempuan dengan tujuan baru - mengung
Rafaela y
an mengguncang hidup Naren d
asuk ke dalam, "Mama akan m
kalinya setelah sekian lama
ng siap membakar siapa pun ya