Obsesi stalker gilaku
terbaring di atas dipan empuk berseprai gelap, ketidaknyamanan tetap membayangi. Matanya terasa
ya yang menyilaukan. Rasa perih menusuk di balik matanya, seperti habis menangis semalaman. I
ia tempati. Hatinya berdegup kencang, rasa panik menyeruak begitu saja tanpa bisa dicegah. Dengan cepat, Arabella
pribadi berserakan di atas meja dan kursi. Tumpukan dokumen dan buku-buku tebal bertumpuk di sudut r
nya, membuat ingatannya berantakan. Ia menutup mata sejenak, mencoba merangkai kembali kejadian semalam. Ingatan samar ten
ya, mencari ponsel. Tapi nihil. Kantong
nselku?" de
berharganya. Tak ada. Ponselnya tidak ada di mana pun. Dan saat itulah, ia
," gumamnya
i rantai itu, mencoba melepaskan, namun hasilnya nihil. Rasa takut yang sempat mereda kini kemb
ajam. Jantungnya nyaris melompat keluar. Ia siap memaki jika yang muncul adalah Do
a bantu, Nona muda
. Hatinya menolak k
aja aku tak sudi, apalagi dipanggil be
r dari sini. Bawa aku pergi, atau aku laporkan
f, Nona muda. Saat ini hanya tersedia makanan dan minuman. Untuk u
in bertemu sekarang j
Nona. Malam nanti, Anda bisa meny
g, protes karena lapar. Namun harga dirin
ang!" ucapnya tegas, meskipun dalam hati ia
lirih, "Baik, Nona. Tapi setelah ini, tidak ada seoran
jawab Arabell
menyegel Arabella di ruangan itu. Detik itu juga, perasaan sesak kembali membung
abur," bisiknya pelan. Air mata Arabella mulai menete
lukan itu, merindukan kehangatan yang
u, Arabella hanya bisa berharap. Ia memeluk bantal guling, membenamkan wajah di sa
♦️
si Do
a layar ponsel yang menyala, memantulkan sinar di wajah pria itu. Senyum tipis tersungging di
mbunyikanmu dariku, Baby,"
annya, suara ketuk
" perin
epercayaannya, masuk sambil membawa se
tanya Dom ta
uan," jawab Matteo,
engeras. Tatapan matanya memer
erempuan, kan?" M
"Sebelum itu, aku ke mansion
ninggalkan ruangan dengan aura din
♦️
dan ketakutan bercampur menjadi satu. Pikirannya kacau, bahkan suara detik jam dinding yang menggema di ruangan itu terdini," bisiknya lirih, leb
ya saja, rantai di kakinya membuat geraknya terbatas. Bahkan langkah sekecil apa pun akan menimbulkan suara
h jingga, pertanda senja datang. Waktu berjalan terlalu cepat, sementara dirinya
ir di benaknya. Arabella ingat betul saat pria itu memeluknya di kamar untuk terakhir kali, seb
uh kamu sekarang
mengulurkan tangan, mencoba menariknya keluar dari cengkeraman Dom. Tapi sec
nar kembali, lebih gila, lebih berku
bat. Ia membayangkan Sky datang, memeluknya, menyelong aku, bawa aku pergi dari tempat in
irai tipis di kamar itu bergoyang pelan. Malam pun kian
r saat tubuhnya menegang, menanti su
ya menyapa. Dom, berdiri di ambang pintu, dengan tatapa