Obsesi stalker gilaku
ang berbeda dari penampilannya. Di wajahnya terpasang sebuah topeng yang menutupi, memb
m saat suara yang terdengar buka
an nada asing yang membuat detak jant
Menjauh dariku!" teriak Arabell
nya dan melemparkannya ke arah pria misteriu
k akan membiarkan pria itu merebut sesuatu yang seharusnya menjadi milikku." Perkataan pria ber
r suara berat itu... tapi di man
etakutan menguasai dirinya. Ia merapat ke headboard ranjang, memeluk lutut
apannya. Mata birunya menatap tajam ke dalam
Carol!" katanya tegas,
lam benaknya, warna mata biru itu mengingatkannya pada seorang pria
culun yang pernah kau hina di depan semua orang," ujarnya. Nada s
curan. Kamar yang sebelumnya terasa romantis,
ubungan seks bersama pria lain. Ruangan ini hanya untuk aku
dengan orang seperti dia. Sekarang aku harus bagaiman
Ke mana pun kau pergi, aku akan ada," lanjut pria itu, membuat Arabella terke
sakunya. Tanpa sempat Arabella menghindar, tangannya terkun
kau gila!" suara Arabella ber
senyum sinis. "Kau yang memulai segal
a membelalak, tidak percaya dengan sosok yang kini ada di hadapannya. Pria itu tampak jauh berbeda dari sosok cu
namun penuh gairah terpendam. "Kalau kau lupa
ya saja sudah cukup untuk mem
. Suaranya merendah, dipenuhi rasa kepemilikan. Arabella bisa
" ucap Arabella, berharap kata-kat
cuma status, bisa berubah kap
itu, namun kekuatan Dom jauh di atasnya. Ia hanya bisa
mu dengan brutal," bisik Dom, membuat jantung Arabella berdetak tak karuan. Ia
wanita itu, lalu turun ke dagu, mengangkatnya agar mata mereka kembali bertemu. Sorot b
berat dan memerintah. "Karena setiap tetes air
an mendorongnya ke kasur, tubuhnya membungkus tubuh mungil Arabella. Dada Ara
u kuduk Arabella berdiri. "Aku ingin kau ingat malam ini. Bukan
. Sentuhan jemarinya menyusuri sisi wajah hingga ke bahu Arabella, s
Napasnya tak beraturan saat Dom perlahan merapat, menc
menjerit, tapi ingat tak ada yan
rabella, matanya liar saat melihat bagaimana wanita i
saat tiba-tiba Dom membalik tubuhnya. Punggungn
malukan bagi seorang Arabe
ti ini, Baby." Dom menyeringai sambil menurunkan cel
malukan. Arab
f di tubuhnya. Tubuhnya gemetar, napasnya tercekat. Dengan sekuat tenaga,
Dom, yang kini di atas tubuhnya, dengan napas kasar dan tatapan membara. Suara berat
t lebih sakit," bisikny
aat Dom memaksa masuk lebih dalam ke ruang yang seharusnya tak ia izinkan. Rasa nyeri
enali rasa yang baru pertama kali ia rasakan. Dom melepaskan
ang basah air mata. "Terus menangis, Baby. Aku suk
tapi pasti, Dom mulai bergerak. Pergerakan yang awalnya lembut, kian cepat. Arab
egera berakhir, ingin lenyap dari tempat itu. Tapi Dom terus menuntut, menguasai setiap inci permainan tanpa peduli j
°
epi ranjang, memandangi wajah Arabella yang kini terpejam. Wajah itu terlihat begit
li, Baby. Aku s
gung pintu itu, Dom menghilang ke dalam kegelapan, memb
uti keheningan yang pekat. Hanya terdengar suara detak jam dinding yang berde
edikit reaksi. Jemarinya bergerak pelan, seolah menandakan bahwa kesadarannya perlahan k
nya tak henti mengalir membasahi pipinya yang pucra Arabella pecah di ujung kalimat. Hatinya sesak, pikirannya
kembali dan melakukan hal sekeji ini
sakit yang kini ia alami, Ar