Pengampunan Ditolak: Terjerat dengan Paman Mantan Saya
/0/28627/coverbig.jpg?v=512442193471ee120ffd07854d5e146f&imageMogr2/format/webp)
g memekakkan telin
Perancahnya telah runtuh! Cepat,
am dua aktris utama dan sekelompok penari ke l
kan di antara papan kayu yang pecah. Di tengah keributan itu, sebuah sua
encengkeramnya saat lampu kristal men
besar; serangan langsung
berjuang melawan hutan yang kejam. Setiap tarikan mengirimkan rasa sakit yang
upaya putus asa untuk melarikan diri
yang ketakutan, pandangannya menangkap siluet yang
ancur saat dia tiba-tiba melesat melewatinya. Fokusnya ada di tempat lain;
kamu," katanya meyakinkan
a memeluk Colten dan melingkar
engangkatnya dari panggung tanpa sedikit pun melihat ke arah Madi
l lampu tiba-tiba putus, membua
egalanya, mata Madison mencari Colte
erat-erat, berjuang melepaskan kakinya dengan kekuatan yang putus asa. Suar
dalam sekejap, sebuah pegangan kuat m
tal itu jatuh ke lantai, menyeba
ngannya untuk melindungi diri, tetapi kehadiran ya
, panggung tampak kosong, pe
misterius yang telah ca
mati kekacauan itu, tatapannya
mpu gantung itu jatuh, dia
ergerak sedikit pun untuk melepaskan diri, sebuah perny
i bibir Madison, dibumbui
sendiri bahwa Colten telah k
ajam dan menuduh. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Jika lam
ia menghadapi manajer properti, yang berusaha keras menc
jamnya ke arah Madison. Alisnya berkerut saat dia melihat kaki kirinya ber
suaranya memecah kegaduhan. "Madis
, tiba-tiba membua
ekelilingnya berubah dingin. "Apa
ata Lana, tumpah saat di
tu. Dia mengkonfrontasi saya tepat sebelum kami naik ke panggung, mengklaim saya tidak pantas bersaing untuk mendapatkan
utkan, "Aku hanya ingin mengejar mimpiku, tapi aku
is utama yang menjanjikan. Tempat ini diakui sebagai pintu gerbang bagi para ca
ada satu peluang, dan pilihannya p
ningan yang mencekam. "Jika panggungnya tidak runtuh, l
tampil. Mungkinkah dia selamat dari serangan semacam itu?
namun Madison, tunangan yang dipilih keluarganya, telah menyiksa Lana di belaka
mata Lana, meski ia dengan c
dengan mata berkaca-kaca. "Colten, syukurlah kau
ebih jauh, beberapa suara kini dengan keras menuntut tindaka
a terkepal di sisinya, wajahnya pucat namun tegas. "Kalau begitu, silakan saja t