Antara Gengsi dan Hati Yang Tersakiti
an. Setelah perseteruan kecil mereka usai, Nayara memilih masuk ke kamarnya lebih cepat. Ia butuh waktu untuk b
bisa tenang. Kata-kata Arshen terus terngiang. "Tidak a
kontrak, kenapa aku merasa jantungku berdegup begitu kenc
membenci pria itu. Dingin, kasar, penuh kontrol-ya, semua itu benar. Tapi di balik sorot mat
n di teras, menikmati sinar matahari yang hangat. Lina, pelay
tanya Nayara ringan samb
. Biasanya beliau mulai bekerja se
alau dia selalu terlihat begitu... din
en muncul, mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga siku. Rambu
ertuju pada Nayara. "
mnya manis. "Aku hanya ingin udara segar
erang tanpa banyak bicara. Ia mengambil secangkir kop
k. Hanya terdengar su
n media seperti kemarin lagi," ucap Arsh
Apa kau takut orang-orang benar-be
menaruh cangkirnya, "adalah kau mulai
s, tapi lidahnya kelu. Karena di dalam hatinya, ia tahu-mun
s merasa terkekang. Lina sempat panik karena belum terbiasa meng
an sebentar, Lina. T
ju butik tempat ia dulu bekerja sebelum semua ini terjadi.
i istrinya Arshen Daveraux?" tanya salah satu
yum tipis. "Y
ika ragu melanjutkan, lal
Nayara melanjutkan kalimat itu sendiri. Ia terkekeh kecil.
pada Anika, ingin meluapkan semua tentang kontrak ini, tapi ia
eja kerjanya. Tangannya sibuk menandatangani berk
arin terlintas. Senyum itu bukan sandiwara-atau setidakn
meraih ponsel dan menekan nomor. "Dimana Naya
jungi butik lama temp
berkerut. "D
an. Hanya di
di luar pengawasannya. Bukan karena ia peduli-setidaknya ia meyakinkan diriny
u berdiri. "Siapkan mo
a terbaru. Tangannya menyentuh kain satin berwarna bi
ni, aku mungkin masih di sini, beke
terbuka. Semua orang menoleh. Sosok tinggi tega
mata. "Kau... apa yan
Arshen datar. Tatapannya menyapu seluruh ru
at teman-temanku," Nay
ir kau bisa berkeliling tanpa pengawasan? Dunia luar tidak seam
alih takut, ia menegakkan kepala. "Atau kau hanya
esaat, mereka saling menantang t
kan, Arshen menggenggam pergelangan tan
ar. Semua mata menatap, sebagian
enatap keluar jendela, sementara Arsh
rnya, suaranya bergetar namun tegas. "K
dingin. "Semua orang mengincar kelemahanku.
menatap pria itu lekat-lekat. Untuk pertama kali
isik, "biarkan aku menjadi
mata Nayara. Ada kehangatan yang berusah
di dalam hati mereka, sesu
. Angin malam menyapu wajahnya. Ia memikirk
u akan membuktikan aku bisa jadi kekuata
tangannya tak disentuh. Pikirannya terus dipenuhi bayanga
"Kenapa aku merasa... semakin
r bagian kontrak, sementara Nayara justr
n rumah besar Arshen kini memiliki ritme baru. Rutinitas mereka m
uangan dan suara jam yang berdetak monoton. Di sisi lain, Arshen selalu menolak tidur sekamar di ranjang yang sama.
dengan seprai putih bersih, sementara Arshen berbaring
suami istri, setidaknya di rumah. Namun lama-lama, ia terbiasa. Bahkan, ada bagian kecil dari dirinya yang merasa..
dur tak kunjung datang. Di luar, hujan turun deras, membuat suasana semakin din
ujan..." gum
elinganya dengan bantal. Ia memang tak pernah bi
derit pelan. Sosok tinggi dengan ramb
nya datar, namun suarany
g sambil merapatkan selimut. "Petirnya
menghela napas. "Aku sudah bilang kal
itarku, bukan terkurung dalam diam," jaw
eras membasahi kaca, memantulkan cahaya lampu kamar yang temaram.
sini?" Nayara a
k bisa tidur," j
. Tidak ada sindiran, tidak ada dingin yang menusuk. Hanya...
yang menemani. Nayara akhirnya berbaring kembali, t
H
g ini terlalu sempit untukmu?" suaranya sete
ingin membuat batas antara kita kabur. Kau ta
ngkin aku harus berterima kasih. Aku jadi
natap ke luar jendela lagi. "Kalau k
it bibir bawahnya, lalu buru-buru menutup wajah dengan
nyambar, Nayara spontan menjerit kecil. Selimut
t, lalu duduk di tepi ranjang. "
dak suka s
i," koreksi A
atapnya. "Baiklah, ya. Aku
dari biasanya. Tangan pria itu terangkat, seolah ingin menyentuh rambut Nay
ini sampai kau terti
a tetap berusaha terlihat biasa saja. Ia memejamkan mata, pura
g keras kepala, dingin, dan posesif, tapi ada celah kecil di balik semua itu. Ce
ungan mereka jadi lebih
makan, menemukan Arshen sedang s
gi," ucap N
menoleh sek
ahkan saat makan,"
a pilihan," jaw
, Arshen. Kau hanya
ilihan? Aku tidak hidup dengan kemewahan 'pilihan', Nay
h denganku? Itu juga pilihan, b
gan. Hingga akhirnya Arshen menaruh garpunya dengan sedikit keras. "A
begitu, biarkan aku membuktikan kalau keadaan ini bukan ha
a berdiri dan meninggalkan meja. Hanya
anjang, Arshen di sofa ruang tamu. Namun kali ini, Nayara
nyala. Di sana, Arshen berbaring miring di sofa, dengan jasnya terl
esuatu yang menusuk dadanya. Pria ini, yang selalu terlih
Ia menutup tubuh Arshen dengan hati-hati. Saat melakukannya, wajah
r langkahnya. Matanya terbuka sedikit.
an kau tidak kedingina
akhirnya menutup mata lagi. "T
ar. "Bagaimana bisa
cepat. Ada sesuatu yang berubah. Jarak di antara mereka masih ada,
t yang semalam ia taruh di tubuh Arshen kini terlipat rapi
api milik Arshen
. Itu hanya akan men
lalu tersenyum tipis. "Terlambat,
ncul momen kecil perhatian yang membuat hubun