Antara Gengsi dan Hati Yang Tersakiti
setelah pr
ndapat perhatian ber
u semakin dingin,
tara harapan bisa dicin
tangga yang m
pur aduk. Di satu sisi, ada harapan-mungkin prosedur itu berhasil, mungkin ia akan segera mengandung. Di sisi lai
tanpa banyak kata. Kadang ia hanya melempar kalimat singkat, "Aku pergi," lalu menghilang di balik pintu. Tida
h dari sisi lain: kel
-
tipkan desain pakaiannya, ponselnya berdering. Nama yang muncul di l
? Aku ingin mampir sebentar," sua
a di rumah. Silakan data
seorang wanita elegan dengan gaun biru navy, rambut disanggul anggun, dan aroma
meraih tangan menantunya. "Bagaima
uk, merasa malu. "Aku baik-baik
enjaga tubuhmu sekarang. Istirahat cukup, makan makanan sehat, jangan terlalu banya
anya men
u saat ini, Nayara. Keluarga ini membutuhkan penerus. Aku tahu Arshen anak yang keras kep
ra merasakan beban berat di pundaknya. Bukan hanya Arshen,
-
pulang, Nayara menceri
il meletakkan teh di meja. "Beliau... b
inya dengan kasar. "Aku bisa tebak. Mama s
"Tapi aku merasa... berat. Semua orang menatapku seola
egitu. Bagaimana pun caranya, mereka ingin pewaris.
a menunduk, matanya panas. "Hanya it
n tidak menjawab. Ia hanya meneguk air,
-
r setiap dua hari sekali, ada telepon dari Elvira menanyakan kondisi tubuhnya. Kadang ada k
lanya Nayara merasa diawasi. Bahkan perawat pribadi yang dir
sa, perawat itu bersuara, "Nyonya, jangan du
"Aku baik-baik saja. Aku
hati-hati. Keluarga Davera
tup buku sketsanya, menyandarkan kepala di kursi, dan bert
-
emberanikan diri bica
an ketika pria itu baru
H
benar-benar hamil, apa yang
menoleh, matanya sedikit terkejut o
akan melihatku berbeda? Atau semua in
a yang tepat. Tapi akhirnya ia hanya menggeleng pelan. "Jangan berharap terl
i palu yang mengha
-
a sering sendirian, tenggelam dalam pikirannya. Sementara Arshen pula
mereka yang harmonis, hasil pencitraan yang dirancang keluarga Daveraux. Foto-foto mereka saat m
yar ponselnya dengan getir. "Mer
-
dapat telepon langsung
u?" suara berat aya
" jawab Naya
ngin mendengar kabar kehamilan secep
atanya mengalir tanpa bisa ia tahan. Tekanan itu terasa terla
-
ak kuasa lagi. Ia mendekati
." suaran
mata, menoleh m
aruh harapan padaku, sementara k
ini menangis tanpa henti. Untuk sesaat, ada sesuatu di m
at menyembunyikannya. "Tidurlah,
eranjak kembali ke ranjang. Punggungnya
nya, Arshen tidak bisa tidur. Kat
-
an hanya ujian kesabaran, tapi juga pertempura
n satu harapan kecil: bahwa di balik ding
gin dari jendela yang terbuka sedikit. Nayara sudah bangun lebih dulu, duduk di sisi ranjang dengan rambut panjangn
rasa lebih seperti penjara daripada rumah. Tentang keinginannya yang terus ia tekan untuk melanjutkan kuliah desain,
acau, hatiny
asi sudah terikat sempurna, aroma parfum maskulin langsung memenuhi udara kamar. Ia menatap Nayara sebent
" tanyanya data
ghela napa
nya. Ia sudah siap berangkat ke kantor. Namun sebelum ia s
cap Nayara, suaranya mantap me
nya, lalu menoleh dengan al
menundanya, dan aku rasa sekarang waktunya aku kembali mengejar itu. Aku tidak
natapnya tajam, seolah mencoba membaca apakah Nayara benar-
karang bukan kuliah. Fokusmu adalah program keh
diam di rumah, menunggu saja, tanpa melakukan apa
s. "Jangan gunakan nad
ayahmu. Aku sudah mengalah. Aku sudah ikut semua permainanmu, bahkan sampai rumah sakit kema
ara terengah karena emosi, sementara Ars
ni sekarang. Aku tidak akan membiarkan kuliah atau ambisimu mengacaukan proses
at. "Dan aku tidak akan berhenti hidup han
ri tepat di hadapan Nayara. Wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter. Mata abu-
gumamnya dingin. "Jangan
seenaknya mengatur hidupku, kenapa aku tidak boleh bersuara tentang hidupku s
penuh amarah yang tertahan. Tangannya mengepal di
k hening tera
"Kalau kau berani melawan keputusanku, jangan salahkan aku kalau
erdegup kencang. Ada ketakutan, t
amku seribu kali, tapi aku tidak akan berhenti memperjuangkan apa yang aku ing
reka saling bertabrakan di udar
h sebentar, lalu mengangkat panggilan itu. "Ya, saya segera ke kantor." Su
ekali lagi. "Kita belum selesai bicara," kat
ngnya, meninggalkan Nayara ya
-
tapi ia menahannya. Ia tidak mau menangis lagi. Ia sudah berjanj
, dia salah besar," gumam Nayara lir
. Tapi ia tidak akan menyerah. Ia akan buktikan, pada Arshen maupun pada diriny