Antara Gengsi dan Hati Yang Tersakiti
-abu ketika Nayara melangkah ke dapur, hanya ditemani aroma kopi yang baru di
nya," sapa salah s
ayara singkat,
eja ini terlalu luas untuk satu orang, pikir Nayara getir. Sejak hari pertama tinggal di ru
ngar dari arah tangga. Nayara menoleh, dan matanya
jas biru gelap, rambut disisir rapi.
turun juga?" Nayara menyi
a. "Jangan berpikir aku datang untuk menemanim
minimal aku tidak jadi patung
memperhatikannya diam-diam. Caranya memegang garpu, tatapan din
k pernah santai, ya?
?" Arshen men
tampak seperti sedang menandatangani kon
aku berhasil, Nayara. Bukan sepertimu
t hidup berwarna. Kau seharusnya berterima kasih punya ist
t terangkat, meski hanya sepersekian detik. Ia c
eli. Jadi, kau bisa tersen
-
. Ia masih menjalankan studio desain meski kini berstatus istri
a membicarakan pernikahanmu!" ser
kasih... meski aku lebih suka diken
nnya tetap melayang pada Arshen. Kenapa aku repot-repot memikirkannya? keluh
a. Rumah itu masih sepi, tap
-
ih yang sederhana tapi menonjolkan kecantikannya. Ia menyalakan lil
r pukul sembilan, ia terte
nyanya dengan
hu, tradisi manusia normal. Dua orang dudu
u menatap Nayara. "Aku tidak
an. Ini... usaha,"
paham? Aku tida
ku butuh duduk denganmu, walau hanya sete
a lama, seolah mencoba membaca maksudnya.
elama beberapa menit. Hanya suara se
mendengar kau menolak beberap
tajam. "Kau mem
santai. "Kau terlalu populer, sayang. Sem
hang Arshen mengeras. "J
jar untuk pasan
nikahan
ah pernikahan. Dan kalau aku ingin meman
yang membuatnya kehilangan kata-kata. Ia akhi
-
Nayara nekat melakukan
ja di ruang kerjanya, Nay
atanya sambil
dingin, matanya masih
ilingi ruangan, menyentuh rak buku, melihat bingkai foto
, rambutmu berantak
eras-keras. "Jangan sen
nemukan rahasia kecil
at di depannya. "Kau suka s
rani. "Mungkin karena aku ingin tahu
rapa sentimeter yang memisahkan me
n menciumnya. Namun, pria itu justru
, tapi suaranya berat.
. Jadi... kau mulai te
-
. Mereka memang tidur terpisah-Arshen memilih kamar
memikirkan kejadian tadi.
"Seharusnya aku hanya ingin menaklukkanny
dirinya tahu-hubungan m
song ke dinding. Ia mengingat tatapan mata Nayara, jarak y
Bodoh... ini hanya ko
hatinya ber
. Dari balik jendela kamar hotel megah tempat ia tinggal untuk sementara, Nayara menatap kosong ke arah luar. Pikir
ukup membuat banyak orang menunduk penuh segan. Arshen bukan hanya seorang CEO, tapi juga pengusaha yang r
mimpi busana, dan kehangatan keluarga kecilnya, harus terjebak dalam pusaran
kering sejak tadi. Dalam benaknya terngiang lagi peristiwa sore tadi, tepat setela
-
terdengar dalam, dingin, dan penuh tekanan. Pandang
takdir, tapi hanya karena kontrak. Jangan sekali-kal
sebodoh itu," jawabnya cepat, berusaha ter
h penuh wibawa. Aroma parfumnya samar tertinggal di udara. "B
akatan bisnis terselubung yang melibatkan keluarganya dan perusahaan besar milik Arshen. Tapi mendengar langsu
-
enggam erat segelas air itu. "Jadi..
ggup melewati semua ini. Kalau ia menyerah sekarang, maka semua
mecah keheningan. Nayara
suara pelayan pribadi yang dituga
erlihatkan Lina yang memba
gantarkan ini," ujar Lina pel
ngerutkan dahi. "Tapi...
tetap makan, walau tidak lapar s
khas Arshen. Nayara menghela napa
Taruh saja
nan yang asal dibuat. Ada salmon panggang, sup krim hangat, dan salad segar. Sekilas terlih
n aku makan." Bibir Nayara melengkung miris. "Apa in
ia tidak ingin kalah. Kalau ia mengabaikan makan malam ini, Arshen
-
uan bersama Arshen untuk pertama kalinya sebagai "istri kontrak". Mereka akan munc
potongan elegan membalut tubuhnya. Ia menata rambutnya dengan rapi, lal
, maka aku akan melakukannya dengan
n setelan jas hitam yang jatuh sempurna di tubuh tegapny
?" tanyan
n. "Tentu. Bukankah ini hanya permain
gkung tipis seperti senyum sinis. "Kita l
-
arakan. Puluhan kamera menunggu, kilatan lampu kamera segera
as, mereka tampak sebagai pasangan sempurna: pengusaha muda sukses dengan
ernikahan ini mendadak?"
ar, namun penuh keyakinan. Kata-kata yang manis
dang, kebahagiaan datang tanpa kita rencana
semakin gencar. Dari sudut matanya, Nayara bisa melihat tatapan t
kau ingin aku diam, kau salah memilih o
-
iaman mewah Arshen, suas
edia," tegur Arshen dingin. "Apa yang kau la
rkata sesuatu yang mereka ingin dengar.
en melangkah mendekat, tatapannya men
ena takut, tapi karena tantangan itu membuat
tidak akan pernah menjadi boneka bisu, Arshen. Jika kau ingin
an. Untuk pertama kalinya, kilatan emosi lain-entah ma
ertempuran bar