Penantian seorang istri
la
elalu terganggu dengan suara wanita yang terus bicara dan bertanya ini-itu. Tetapi,
u bertanya-tanya, dimana Lanaya s
mutuskan bahwa kami akan tidur di kamar yang berbeda. Awalnya Lanaya menolak denga
kali tak tertarik dengan pernikahan ini. Tak ada yang aku harapkan dari pernikahan yang d
enurut dan mau melakukan apapun yang mereka minta. Sebagai seorang anak tentu saja aku tidak
a kesempurnaan harus melekat pada diriku dan juga penampilanku. Salah satunya kerapihan, wan
keluar kamar dan menuruni anak tangga, sesampain
enghilang tak menampakkan dirinya di depan
endera begitu hebatnya, aku melangkah ke ruang
uk nyaman disana sembari menunggu kedatanganku dan menyuruhku untuk segera sarapan. Tetapi tetap saja, selapar apapun aku tidak pernah mau me
kan untuk makan di kantor saja nanti. Tanpa memikirkan dua kali diman
h. Masa bodoh sekali memikirkan Lana, kalaupun wanita
sangat
*
langsung bergegas pulang. Waktu sudah menunjukka
dalah kesunyiaan. Lagi-lagi tak kudapati sosok Lana yang biasanya ak
as untuk melakukan hal-hal yang menjadi kebiasaannya itu. Nya
kamar. Penat dan lelah yang ku rasakan bercampur jadi satu,
pakaian santai, malam ini aku lebih memilih untuk di rumah saja. Entah kenapa rasanya aku malas sekali untuk keluar, jadi begitu selesai berpak
kenapa aku merasa gelisah. Seakan ada s
rebahan menjadi duduk dengan bersandar di kepala r
, kenapa wanita itu tidak te
pergi dar
h selamanya! batinku tersenyum senang tapi ken
kakiku melangkah keluar dari kamar. Aku harus mema
bagai patung. Dilanda rasa bingung dan juga gengsi, har
lakukan itu hanya untuk demi memastika
mudahkan kami untuk berpisah. Dan apa katanya? Dia ak
h dan menyerah. Dasar pembual! Ah, sudahlah, tak ada gunany
kakiku justru membawaku menuju ruang makan. Dan tercengang hebat begi
ini, terbukti dari menu makan malam ini. Tak mungkin jik
kan kuat menghadapiku. Tapi, baiklah, jika dia tak ingin menyerah ma
apar semakin mendera namun aku tetap tidak ingin men
ah dan memutuskan untuk pergi saja malam ini. Pelarianku tentunya adalah club malam, disana aku bisa melampiaskan semu
erapa bulan terakhir sebelum menikah dengan Lana. Aku bahkan belum sempat memperkenalkan Sall
a setelahnya kami menikah. Setelah resmi menikah aku langsung mengeluarkan
aku pun tak akan pernah mau dan s
c.
h yan