Sorry For Something
ia melihat ponselnya. Dari dalam ruangan keluar seseorang suster dan memanggil pasien selanjut
h pasien lagi
ya pergi dari sana. ia segera menuju Cafe yang leta
perawatan. Di depannya kini tertera sebuah ruang yang bertulis bedah jantung. Ibunya sejak lama sudah menderita penyakit jantung kronis. Kare
i ya, Gentala mau k
lama-l
hampir saja melupakan rutinitasnya yang selalu minum kopi di jam saat ini. Ia pergi ke coffe shop dan memes
pesan capp
manis yang sedang memperhatikan Genta
n oleh satu meja saja. Gentala Pelan-pelan melirik wanita yang berada di sampingnya. Awalnya hanya lirikan basa basi, tapi se
a Gentala
a tahu siapa pria yang sedang menyapanya barusan. Ta
yang duduk di sana." Tunjuk gadis y
atin," ujar temannya yang satu lagi
pun mengabaikan pengamatannya dan kembali mengerjakan pekerja
misi, ini
sih," ucap
as artiskah?" Tanya Mila yang pada akhir
adis tersebut, menoleh kearahn
pnya dan segera bera
yang sama. Gentala yang melihat Mahika ikut pergi, mengira gadis itu sedang menyusulnya. Ia memasang s
e sini." Dengkusnya. Pada akhirnya di
uduk, saat hendak menyeruput minumannya, namanya sudah dipanggil
melihat minuman yang dibawa Mahika dan
ih," ucap M
-sama
ah lesu. Ingatannya lalu melayang ke beberapa bulan yang lalu. D
ka kalau semua yang dikatakan Mahika sebuah kenyataan. Ia mengira selama ini Mahika suda
edua kalin
r, do
onsumsi makanan yang mengandung banyak lemak, terlebih makan
kan bakso, boleh tapi jangan berlebihan apalagi kala
k, d
tersebut pada sebuah ranjang. Suster segera memba
rah pada sebuah monitor yang menampilkan sebuah gambar yang ia sendiri tidak begi
arena usianya masih muda. Tapi pertumbuhannya san
ung bayinya. Mahika sampai menitipkan air mata karena begitu terharu. Di luar, tanpa diketahui oleh Mahika, tubuh Gentala terdiam
udah selesai memeriksanya. Ia kemudian diberikan sebuah p
mat yang disampaikan oleh dokter tersebut. Ia mengucapkan terima kasih, lalu keluar dari san
a cuek, ia tidak menunggu Gentala men
Gentala saat kesad
Tanya Ma
batas dan belum mampu m
salah paham,
?" Tanya Gental
memangnya aku
tahu dan mendengar apa yang kamu
sal. "Kalau pun aku hami
yang bahkan tidak menunjukkan amarah padanya. Padahal seingat gentala, Mahika buka
mengenalimu? Karirmu bisa hanc
bersikap datar tanpa emosi membuatnya sangat takut. Ia lebih rela dipukuli, d
" ucapny
pikir namaku mantra! M
cap Gentala
nal?" Tanya
skan pergi dari sana dengan perasaan gundah gulana.
tapi aku akan menebusnya dengan cara apa pun, ji