Kisah Cinta Naomi
a pangeran berkuda putih yang melamarku. Mimpi klasik setiap wanita. Tapi, sekarang aku malah menikah dengan pria yang tidak kucintai. Andai saja waktu
ntu ayah. Mau ya kamu menikah den
kusukai. Aku ingin bebas tidak ingin terikat ayah." Aku menola
tidak mampu membayarnya. Tuan Adria
hutang. Mengapa ia rela me
Nao kepada orang lain. Apa aku sungguh merepotkan ayah sela
u banyak. Jika ayah tidak melunasinya maka ayah akan dipenjara. Baiklah, bila kamu tidak mau
senyumannya. Aku merasa iba dan sedih terhadap ayah. Dasar anak durhaka. Selama ini
aku bersedia me
. Cukup lama aku bergelut dengan pikiranku
n rapi jasnya itu. Ayah selalu mengatakan akan memakai jas itu di hari pernikahanku. Aku pun membalas senyum ayah tak ingin mengecewakannya. Para undangan pun sudah berdatangan. Semua kursi penuh. Memang pria yang akan kunikahi ini adalah
Clara sebagai istrimu? Dan setia sampai mau
Matanya yang tegas seolah menyihirku. Aku segera memalingkan wajahku. Men
i Clara sebagai istriku." Adrian
ngan harap aku akan jatuh kepadanya. Kemudian pendeta
sedia menerima Adrian Se
nyaan itu berkecamuk di benakku. Aku menoleh kearah para undangan dan ayahku. Mereka terlihat tegang. Seo
enerima Adrian Sebas
tangannya diatas kepalaku dan Adri
sebagai suami dan ist
ti bisnis. Aku menjauh dari mereka. Aku melihat ayahku b
ah Nao. Dan maafkan ayah tela
asa bersalah. Aku akan mencoba menerima
k ibu disaat usiaku masih labil. Sekarang aku merindukannya. Apakah ibu melihatku dari atas sana? Apakah ibu juga bahagia melihatku menikah hari ini? Tak terasa air mataku
kan? Ayah yakin ibu juga past
aku merin
ng. Aku menoleh. Ternyata itu Adrian. Raut wajah
ka semua partner Bisnisku jangan mengecewakan mereka. Ayo iku
satu pria yang menatapku seperti kucing yang sedang melihat ikan. Ia melihatku dari atas hingga
engalihkan pandanganku darinya." Pria itu memujiku s
sedikit badanku sebagai penghormatan. Adrian terlih
terbesar di perusahaanku. Kelak kau har
n pria lain menggoda istr
u kurang sopan saat anda memuji seorang istri di depan suaminya. Aku harap anda tida
***
teralihkan ketika melihat Adrian baru saja selesai mandi. Dia hanya membalut badannya dengan handuk. Wajahku memerah. Aku begitu malu untuk melihatnya. Lalu aku lebih memilih keluar kamar.
yang elegan untuk interior rumahnya. Berbanding jauh dengan rumah kami yang hanya berukuran 8X10 m. Hanya saja ia ti
ngar suara adrian. Aku tidak menyadari kehadira
mu indah sekali. Hanya saja aku tidak
intaimu. Semua ini hanya untuk melunasi hutang ayahmu. Kau tahu berapa jumlahnya? 500
h mendengar perkataan Adr
engapa harus menikahi aku. Ak
gan apa kau akan memba
Adrian. Aku begitu marah mendengar kata-
aku tidak akan mau menikah denganmu.
t ke wajahnya. Aku melawan, tapi
mpar wajahku. Aku akan
begitu kuat. Malah Adrian semakin memperdalam ciumannya. Ia mengulum bibirku dengan kuat. Aku kesakitan. Buk
lemparnya kelantai. Aku reflek langsung berdiri untuk menghindarinya. Tangannya begitu tangkas dengan segera Adrian me
akukan padaku? Menyingkirlah. Aku
melakukan apa yang kumau," Adrian menyeringai. Ia menciumi aku kembali lebih berhasrat. Tubuhku mulai terasa panas. Tanpa kusada
**
kap kasar. Bahkan kami tidak tidur sekamar. Ia menyentuhku hanya sekali saja saat di malam pertama kami. M
ru ke kantor. Terkadang aku juga menunggunya pulang hingga larut malam. Semua yang
..ri
u. Kulihat di layar ayah yang mengh
yah," J
nikah tidak pernah lagi menelfon ayah. Ayah merindukanmu nak."
Hanya saja aku sangat sibuk belakangan ini. B
biasa. Ayah sudah tidak sabar u
ak sabar untuk bertemu
tidak seindah pasangan pengantin lainnya. Aku tidak ingin ayah menjadi merasa bersalah karena menikahkan aku dengan Adri
g. Aku tidak pernah melihat wajahnya setegang itu. Mungkin ia sedang memiliki banyak kerjaan yang harus diselesaikan. At
datar. Aku melihat dia menari
kan kubuatkan untukmu." Jaw
Aku menebak-nebak apa yang terjadi. Lalu aku mengambil mug kecil untuk menyeduh kopinya. Aku tidak tah
sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Raut wajahnya semakin menger
tu. Dia adalah pria yang menggodaku di hari pernikahanku. Aku tidak menyukai pria itu.
Kemudian ia menoleh ke arahku. Aku memalingkan pand
a waktu? Aku ingin me
u balik menoleh kearahnya. Aku tidak per
usipitkan mataku hingga
apa kau mena
keluar dari mulutmu. Kau bahkan selal
telah mengabaikanmu selama ini. Jad
ta maaf aku akan memiki
karang aku akan berangkat ke ka
bergegas pergi ke kantor. Bahkan ia tidak meminum kopinya. Hmm.. sia-sia aku membuatk