Tiga Miliar Untuk Semalam
ri pagi sudah tinggi, panasnya menembus kulit meski angin masih lembap sisa hujan semalam. Tangannya menggen
erti menatapnya, seolah mereka tahu apa yang baru saja ia lakukan. Padahal tak seorang pun
ya terkelupas, gentengnya bocor di beberapa sisi. Namun di balik segala kekurangannya, rumah itu
aha menghapus jejak air mata di
unya dari dalam
senyum paksa sambil berkata
ar dengan bantal. Wajahnya pucat, tubuhnya tampak lebih kurus
u sempat khawatir," tany
sahan yang menguasai dirinya. "Maaf, Bu. Aku... semal
n? Apa kamu nggak terlalu capek? Kamu kan
ni kerjaan yang bisa bantu kita." Ia menepuk-nepuk ta
r, ada kilatan harap di san
jawab pertanyaan itu? Apakah ia harus mengatakan kebe
Ia tida
da orang baik yang mau bantu. Katanya aku bisa ker
a. Selena merasa jantungnya berdetak semakin cepat, takut rahas
u agak ringan. Ibu selalu khawatir
genggam tangan ibunya erat-erat. "Jangan
atinya, ia ta
a di dapur. Ia membuka amplop berisi uang itu. Jumlahnya benar-benar banyak-sebuah tum
aran itu. Seharusnya ia merasa lega. Seharusnyyalah perasaan kotor, ji
permukaan meja. "Tiga milia
ng itu, sentuhan yang memaksa, rasa sakit yang mas
itu harus dipakai. I
ebagian hutang. Petugas bank memandangnya heran ketika ia me
gga. Untuk sesaat, ia merasa bebas. Ancaman penyitaan rumah bisa d
g yang mengikutinya. Langkah kakinya dipercepat, matanya menoleh ke belakang, tapi ia ta
antungnya berdegup keras. A
gkutan kota, duduk di pojok sa
a. Saat mereka makan bersama, ibunya tersenyum, tampak l
g kuat. Ayahmu pasti bangga melihatmu
Air matanya hampir jatuh, tapi ia b
ta bahwa ia tidak kuat, bahwa ia s
tahu, itu hanya a
mah, memasak untuk ibunya, dan bahkan mulai mencari pekerjaan kecil di sekitar lingkung
makan. Tapi ketika mual itu datang lagi dan l
di-pucat, matanya sembab, bibirnya keri
.. kan? bisikn
menghantuinya. Bayangan pria asin
an bahwa ia membawa rahasia yang lebih