icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Memori Seorang Santri

Memori Seorang Santri

Penulis: KokoTwin
icon

Bab 1 Keputusan Kokoh

Jumlah Kata:1014    |    Dirilis Pada: 21/11/2021

at me

bisa sekolahnya d

seperti itu, membujuk ayahku yang keras kepala agar

ibuku tidak dapat mengubah keputusan ayahku.

buskan asap ke udara. Tidak... tidak... aku tidak merokok. Hanya meniup serbuk dar

k dengan gaya sok kejagoan, sementara baju sekolah berwarna putih yang kukenak

untuk menyekolahkannya." Ayahku berucap m

ang sedikit daun-daunnya lalu menggigit sedikit batangnya. Menggoyang-goyangkan dengan

knya beberapa bulan menjelang kenaikan kelas. Sebentar lagi

duk dikelas 5 sd dan ayahku ingin memasukkanku ke sebuah pesantren yang kal

p memasukkanku ke sana, alasan kedua ayahku sangat bersem

nya, semua kakak-kakakku sekolah di pesantren. Tetapi bukan itu inti da

h kandungku sendiri, mengikuti kakak-kakakku. Wajar karena aku terlahir bungsu dan makhluk palin

seluruhnya, tempat tinggal dan biaya makan. Kita yang se

at dengan jenggot sepanjang jari telunjuk itu sudah mulai mar

minuman rasa-rasa seharga 500 rupiah ke udar

apapun, aku mencintai ayahku di dalam sudut hatiku. Menghormati setiap keputusannya atas di

engatakan aku mencintai ayahku di hadapan kakak

las, semua itu sama saja! Disana

ari pada menyibukkan diri membujukku sebaiknya siapk

Tok

keputusan ini tidak bi

dengan sendu. Tidak, aku tidak melihat ib

kedua orangtuaku berada di ruang tamu dengan keadaan pintu yang terbuka lebar. Men

yang memanas. Aku sudah hapal gerak-gerik ibuku, bahkan aku tau sebentar lagi ia ak

ti baju. Setelah itu m

ruh masuk. Dengan malas-malasan aku bangkit d

eja kayu biasa yang digunakan untuk tempat sayur-mayur. Ayahku tidak sang

lama aku berdiri meneliti lauk-pauk yang terhidang, hingga kuputuskan mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi. Mencuci tangan han

u pesantren dan tempat apa itu. Meski semua kakak-kakakku berada di pesantren aku tetap tidak tahu itu tempat a

, mana tau di pesa

inap. Tempat anak-anak nakal sepertiku menetap dengan jangka waktu ya

Menganggap 5 buah buku tulis cukup untuk kehidupanku disana. Hanya terfokus pada bekal makananku di sana,

a? Ganti bajunya dulu lalu makan,

pilkan wajah tengil khas

gannya kotor habis mengang sepatu, di sekolah pun tadi main g

akan memanjang

ci itu tan

uh suara ibuku terasa dekat. Ber

jawab denga

n. Nggak bisa juga, kayak mana nanti kalau di pesantren banyak

ke pesantren. Sebagai seorang anak yang baik, apa lagi yang bisa kulakukan selain menurut perkataan orangtuaku. Pada akhirnya, se

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka