Memori Seorang Santri
at me
m tiga pagi, aku jadi semakin mudah mengantuk. Itulah
Radif ban
elingaku dan dengan sangat perlaha
k dikterapan sama sepertiku yang mempunyai rambut hingga sepantat deng
ngan banyak khiasan berwarna kuning, membuatku terperanjat karena bukan hanya dia yang mem
unkanku dan menertawakanku. Seluruh badanku terasa lemas, malu luar bi
un sholat sh
duk, menatap mereka dengan kecewa. Kenapa tidak
tap nggak bisa bangun, yaudah sana cepat
akak kelas yang aku tidak tahu siapa namanya
an secepat yang kubisa. Untuk pengetahuan, bahwa sho
alu di absen dengan menulis huruf H. Jika kedapatan tidak sholat di Musholla akan m
ip ke luar, sepi, sepi sekali. Bahkan jemuran baju masih
s tanpa sisa. Sebagian yang lain memilih menjemur baju di pohon mangga yang tidak berbuah,
ka itu ada seseorang yang berbicara, "Sudah
kah ke Musholla. Berharap kak Halimah pencatat absen masih berada di sana, lalu aku bisa memoh
rena Musholla kosong tidak berpenghuni,
ah?" tanya salah seorang kakak kelas yang
sholat disini saja," usul
r bahwa aku dikerjain. Tatkala aku sudah mengangkat kedua tangan untuk takbi
, aku menjawab dengan
ngkal, dan aku masih diposisi semula. Berdiri bersiap
loh, anti beneran
kali tidak merasa marah malah aku merasa senang karena mereka menerimaku dengan baik, dan senang bisa mel
emuran masih kosong, dil
pi terlalu panik absen sholat shubuh sehi
tan mereka terhadap anak baru, tetapi malam ini juga
an secara berbeda. Aku lebih dimanja oleh kaka-kakak kelas juga aku
membuat dia lebih memperhatikanku. Terlebih lagi,
t. Dan dia juga tomboi tetapi ingin diperlakukan layaknya anak kecil sepert
i aku juga menyesalinya. Kenapa pada saat itu mereka menge
ka sering menyuruh Eva, selain orangnya humoris ia juga kuat. Darah batak yang mengalir d
ya cukup panjang dan belum diberi jerjak
k dikterapan. Waktu itu, aku belum terlalu
h disuruh, si manja! Taunya minum aja
merasa hal itu ditujukan padaku. Seolah kedua telingaku tert
nya berada di ujung mata dengan bibirnya yang sedikit miri
iranku adalah, aku anak baru dia tidak ada alasan jika ingin membenciku karena aku belum terlalu banyak membuat k
ggungku, ia berucap pelan. "Sabar
Eva dan perlakuannya tertuju padaku, hatiku
enyemangatiku, karena sejak saat itu juga aku jadi sema
endiri juga tidak mengerti apa yang pantas dari sebutan pertemananku dan dia, ada masa dimana dia sangat membenciku dan a
ambu