Dendam Birahi Penakluk Hati
jam 4 sore itu heran, karena seminggu ini juga dia sering melihat Dirham makan siang di sana. Dinar hanya akan memberi seny
gu driver ojol, jam segini biasanya banyak ojol menawarkan jasa tanpa pakai ap
n
bil yang dibunyikan beberapa kali. Dia menoleh kesamping
muda yang beberapa hari ini sering muncul di tempatnya bekerja, cowok yang mengajakn
u antar
ada Dirham. Dia menatap pemuda itu lek
ot, rumah ku Deket ko
Di sini banyak orang j
diri, jangan
ku bukan orang jahat." su
menghiraukan ucapan Dirham, Sementara
polos itu mengeluh perlahan, kenapa keras kepala
i mobil dan mengh
aja nggak mau. Berarti bertemannya nggak ikhlas." Dirham meli
nget kena
mulai
tar kamu pulang
n Dirham melemahk
alau m
ong. Ay
itu terduduk di bagian kursi penumpang. Sejurus setelah pintu ditutup D
gal sama s
Aku sewa kamar
hidup tanpa keluarg
ari keluarga kaya, harus p
dan lentik meski tanpa maskara, pasti bisa menawan siapa saja. Kulit bersih terlihat sangat natural tampak mas
n saja, iya itu y
an seperti per
sewa d
da lorong agak kecil, sewa
ganggukkan
dulu, ter
ar sampa
ima kasih. Di si
, dia tidak biasa diantar seorang lelaki se
meninggalkan tempat itu. Dia mengangk
Iya setengah jam lagi kita ketem
dahi panggilan dan segera me
*
yiram tanaman di taman depan. Rumah besar itu kelihatan suram tanpa kec
ungi. Dirham tinggal di apartemennya sendiri, sudah beberapa bulan terakhir,
rustasi. Fathia begitu hancur dan rapuh saat mengatakan tentang kehamilann
a tidak kuat, Fa takut papa, Fa t
memeluk lutut di kamarnya, di dalam gelap, ai
u terkejut, dan seg
kek gitu." Fathia semakin menangis
nya aku murahan, aku wanita murahan. Kak, tolong. Fa hamil kak, Fa hamil." lutut Dirham lema
elaki itu, bilang sama kakak, biar kakak kerjakan dia.
ingin marah padanya, tapi melihat wajah sedih itu, hilang langsung amarahnya. Ini tidak bisa dibiarkan, lelaki bang
m meninggi. Tapi adiknya tetap diam. Emosi yang sudah tersulut tadi
untuk menenangkan diri dulu. Dirham m
irham berlari masuk kedalam rumah, blueprint tube yang selalu menemaninya dilempar begitu saja di atas lantai, langkah Dirham melemah ketika sampai di tangga paling atas jeritan itu terdengar dari
a menggigil, kaki dan tangannya gemetar tidak kuat lagi melangkah
ngis terisak-isak, tangannya memegang siku Fathia. Pergelangan tangan gadis itu penuh dengan darah yang hampir mengering. Dirham
ya kemarin. Dirham menggelengkan ke
a, Fa
jangan pergi, k
iaaa
m, ban
buruk ini,