The Thread of Destiny
ahan yang Azalea bawa. Gadis ini lebih terbuka dan sedikit banyak bicara. Namun, tak urung dirinya merasakan kejanggalan dalam diri keponakannya. Mungkinkah setelah
ata paman Azalea dengan tatapan berbinar, berharap jika sang empu m
?" beo
rasa itu lebih keren dari panggilan paman," imbuhnya lagi dengan cengi
zalea merubah panggilannya--menggelikan. Bibirnya tersenyum dengan tangan
ari Azalea. Sepertinya keponakannya memang telah berubah menjadi wanita yang lebih banyak bicara sek
yang pelit untukku huhuhu," tuduh Altheda dengan kepala tertunduk hingga menyentuh dasboard depan mobil. Sesekal
epalanya tak percaya. Haa ... Sepertinya Arya harus menambahkan
i ..
i restoran terdek
capan Arya. Lagi-lagi Arya hanya terkekeh geli melihat tingkah Alth
iklah ..
. Itu jauh terden
Kota Jakarta--Kota kelahiran yang meninggalkan banyak kenangan buruk untuk Altheda. Kenangan yang hampir menghancurkan mentalnya. Terlalu banyak caci dan maki yang dia terima di
sering kali dimaki karena mengintip orang-orang belajar. Lalu bibi dan pamannya akan memukuli Altheda sampai babak belur, karena malu dengan sikap Altheda yang suka men
nya. Dia membantunya untuk lari dari Jakarta ke Singapura. Memberikan dirinya fasilitas, seperti sekolah, uang,
atnya. Alva membantunya untuk menemukan pekerjaan sampingan, dan dia membantu gadis itu untuk belajar. Hubungan timbal balik yang
di raga Azalea. Dan sekarang Altheda terpaksa menjalani hidup sebagai Azalea. Sampai nanti dirinya tahu akan keadaan
mendengus tak suka, Arya memanggilnya Lea dan bukan Ela. Ia belum terbiasa dipanggil dengan nama orang lain, namun
ana i
pa- ahh uncle." Ralat Arya cepat ketika dia hampir menyebutkan dirinya pama
inggang Azalea. Ia membimbing tubuh keponakannya dengan pelan. Arya tidak ingin membuat Azalea kelelahan, a
lebiha
a menjadi pusat perhatian dari seluruh pengunjung restoran. Namun, Arya seakan menulikan telinganya. Ia tidak p
lurus ke depan. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang gadis yang tidak ingin dilihatnya se
ukkan kepalanya. Arya tak menjawab, ia hanya diam.
pan tajam. Ia mengeratkan pegangannya dengan Arya. Seakan-akan meng
ini. Apalagi mendekatkan diri, tidak akan pernah! Tetapi dirinya juga tida
gatan?" tanyanya lagi dengan tata
ta, adik tirinya dan Azalea. Laki-laki itu bahkan tidak mempedulikan adik kand
nnya di pinggang Arya dengan lebih erat. Pemandangan yang ada didepannya ini sunggu
bih menyedihkan dari dirinya yang hidup sebatang kara. Dan yang lebih disayangkan,
anan. Lalu kembali melanjutkan ucapannya yang bernada sindiran, "Tapi sorry nih yah, gue benar-benar gak kenal sama lo. Wajar sih gue engga
amnya. Entah mengapa dirinya merasa tersindir dengan ucapan Azalea. Apalagi tiga hari y
o-
ang apa ka