BUDE IDAMAN PENGGODA HASRAT
ku. Umurku 19 tahun, dan aku anak yang s
p, dan ketertarikanku menonton ketika aku kelas 2 SMA
bar bahwa kedua orang tuaku pergi untuk selamanya ak
li lagi ke dunia. Aku menemukan surat di laci lemari ibu, wasiat terakhir bahwa
an menggunakan map tanpa berkata-k
pemuda yang bernama Jono. Dia mengant
pintu dan yang membukakan pintu seorang wanita
seperti ini, akupun memberanikan diri un
a sendiri. Lalu aku berkata saya Rendi keponaka
Sarah, suaranya lembut namun dengan tatapan ya
hangat. Rumah itu tidak besar, namun tertata ra
rcium dari dapur, membuat p
h hangat," kata Bude Sarah
ukisan-lukisan abstrak yang menarik perhatianku, dan sebuah rak buku yang penuh dengan novel-
gat dan beberapa potong kue. "Diminum dulu, Ren
up aromanya yang menenangkan.
mu?" tanya Bude Sarah
i ada teman yang membantu
ih kehilangan orang tuamu," kata
kata apa-apa. Air mata tiba-ti
punggungku dengan lembut. "Menangisl
an yang selama ini kupendam. Bude Sarah memelukku erat, m
ih tenang. Aku melepaskan pelukan Bud
Bude," kataku
di sini bersama Bude. Kita akan saling me
ku tahu, hidupku tidak akan sama lagi.
asuk ke kamar yang sudah disiapkan untukku. Kamar itu kecil namu
mpat tidur, menatap
orang tuaku kemb
um dan tawa mereka. Aku merindukan pel
kiran-pikiran itu terus berputar di kepalaku. Aku
m itu, mencoba untuk
idak lagi memberikan k
ematikan ponselku, meletakkanny
. Air mata kembali mengalir di pipiku. Aku
de Sarah berdiri di ambang pintu,
apa?" tanyanya,
, tidak bisa b
k di tepi tempat tidur. "Kam
engan
a Bude," katanya,
an yang kurasakan. Bude Sarah mendengarkan dengan penuh
memelukku erat. "Kamu tidak sendirian, R
lega. Aku tahu, hidupku tidak akan mud
suaranya yang merdu mengisi
iri," ucapnya, senyumnya hangat
ngan tubuhnya yang masih terlihat bugar dan menawan di usianya yan
dirannya selalu menimbulka
duduk di sampingku, menge
lam hati. Aku merasa nyaman berada di dekatnya, sangat nyam
yang membuatku tak tenang, perasaan y
pengantar tidur yang dulu sering dinyanyikan ibuku. Tanpa sadar, aku ter
ti Bude Sarah sudah duduk di sampingku,
gat dan sepiring kue kering. "Selamat pagi,
tidur dalam pelukannya. "Maafkan aku, Bude. A
potkan Bude sama sekali. Kamu sudah sepert
Namun, aku juga merasa tidak enak kar
ri pekerjaan. Aku ingin memban
aya kamu pasti bisa mendapatkan pekerja
yang segar menyambutku. Aku berjalan menyusuri jalanan kota
empat, dari toko-toko kecil hingga
n positif. Aku tidak menyerah, aku terus mencari
u tiba di sebuah kafe k
pada pelayan yang sedang
i sedang membutuhkan
ang pelayan. Silakan bicara dengan manajer di sana," ujarnya, menun
kedatanganku. Setelah berbincang-bincang sejenak,
kamu bisa bek
sangat lega
an. Aku segera pulang untuk membe
duduk di teras, menatap langit senja. "Bude, aku m
dulillah, Bude ikut senang mendeng
hasilanku dengan makan malam se
pada diriku sendiri untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik u