Mantan Suamiku Ingin Kembali
ergetar dalam sensasi yang menghangatkan setiap inci kulitnya. Ia mengg
erakan mereka yang begitu selaras. Jemari Isaac menelusuri lekuk tubuh Mariana dengan penuh penguasaan, seolah set
iana yang lepek menempel di dahi dan leher jenjangnya, sesekali Isaac menyibakkan helai rambut yang menghal
an sesuatu yang lebih dari sekadar nafsu, lebih dari sekadar perte
dar. Mariana membalas dengan menarik tubuh pria itu lebih erat, seolah enggan ada celah di antara mereka, seolah ingin melebur dalam kebersa
am bibir yang saling memburu, menggali kenangan dan merasakan kembali apa yang pernah mereka miliki. Dalam satu tar
memburu, namun keheningan mulai menyelimuti kamar hotel yang menjadi saksi bisu pertemuan mereka. Mariana melirik ke sisi ranjang, m
di luar kepala. Seolah tak ada jarak waktu di antara mereka, seolah tidak
n ini, bukan?" suaranya terdengar lirih,
ya kembali menelentang, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Tangannya terang
jawabnya denga
begitu menyesakkan. Mariana menggigit bibirnya, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Ia tidak boleh terbawa emosi.
Seakan menjadi saksi bisu dari kesa
u, ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini. Bertemu kembali dengan Isaac
akan. Gedung telah dipesan, dekorasi telah ditentukan. Segalanya berjalan
hatinya ada perasaan asing yang tak bisa ia jelaskan. Namun, semakin sering mereka bertemu, sema
Mariana tahu. Perasaan itu
lebih kepada dirinya sendiri. "
angit-langit, seakan mencari jawaban di antara
anya terdengar lelah. "Tapi aku tidak
rasakan, karena ia pun merasakan hal yang sama. Tapi
asa berat. "Kau akan menikah. Giselle mempercayaimu. Aku tidak bisa
k merasakan hal yang sama? Aku mencoba, Mariana. Aku mencoba untuk melupakan perasaan
yeri. "Kita berpisah karena kita tidak cocok. Karena k
Isaac cepat. "Mariana, kau tahu itu. Kau t
nutupi tubuhnya. Ia berjalan menuju jendela, menatap
apas, merasa
itu tidak mengubah apa pun, Isaac. Kau akan menikah dalam lima bulan. Dan a
sebelum berjalan mendekati Mariana. Ia berdiri di belakang wa
ng terjadi? Berpura-pura bahwa malam ini hanyalah kesalahan? Berpura-pura ti
Benar, ia memang egois. Ia akui itu. Ketika rumah tangga mereka dirundung mas
g terbaik," jawabny
ipit, menatap pantulan Mariana deng
lam. "Kau benar-benar ingin aku hidup dalam kebohongan?
menahan air mata yang mulai
" jawabnya akhirnya. "Yang aku tahu... kau telah m
pa? Jika kau tidak pergi begitu saja, semua
dengan mata nyalang. "Memangnya ak
ngan kita tidak akan terselamatkan. Ditambah kau per
icara seolah-olah aku a
api. Dalam sekejap, hubungan mereka panas dan penuh dengan percintaan yang menggelora. Namun sesaat setela
aran-pertengkaran kecil itu,