Tentang Cinta Rihanna
ipis. Aromanya yang khas menguar menyentuh hidung. Me
ah duga. Aku terlalu tinggi berekspektasi. Ternyata, setelah dia menyentuh
da kenyataannya selama ini bara api cinta dalam dadaku tida
ku hanya memfollow apa yang dia perbuat. Jika dia mengajakku berbicara, maka aku akan menjawabnya.
sendiri. Aku juga memiliki harga diri. Aku tidak ingi
embilan purnama ini aku tempati. Di dekat jendela inilah aku selalu mengusir sepi. De
r suaraku, ingin aku berkeluh kesah mengadu padanya. Bukan untuk meminta solusi. Aku hanya b
di depan wajahku. Aku mendongakkan kepalaku dan menatap wajah mas Ammar ya
Pura-pura tidak tahu meski aku bisa membaca tuli
amilan." Jawa
likkan benda it
dicek sekarang juga."
Ragu hendak beranja
s mengujinya." Ucap mas Ammar deng
ih mas."
u merasa gugup keti
di atas meja kecil di depanku. Lalu bergegas aku be
ti celana yang aku kenakan terdapat bercak warna me
s Ammar yang saat itu tela
ali bungkusan berbentuk pipih itu. Ada gurat kece
aha untuk menghilangkan kecewanya. Tapi ternyata itu
a aku senang
a itu. Begitu tajam menusuk hat
u aku menikah dengan
Tidak sakitkah tenggorokannya berbicara dengan nada tinggi seperti itu? Apaka
asa senang menjalani p
padanya bahwa aku juga bisa berbic
lai berani membalikkan pertanyaan. Biasanya jika dia marah, aku h
ia-nyiakan kesempatan langka ini. Aku melanjutkan lagi kalimatku. Me
juga tidak mau menikah denganmu jika aku tahu kalau mas Ammar tidak mencintaiku. Semua ini aku lakuk
bisa meluapkan amarah bukan h
nikahan ini hanya mas Ammar saja? Aku juga, mas. Aku
ang. Kemarahan ini memicu a
amu masih bertahan?" Tanya mas Ammar
a?" Aku kembali membalik
aku dikatakan istri durhaka. Sekali ini saja. Aku sudah tidak tahan lagi
a juga mas Ammar tidak melepaskan ak
. Sepertinya dia shock. Tidak menyangka ji
t ummi jatuh sakit lalu tidak ada yang merawatnya karena jenengan sibuk dengan perjalanan dakwah dan bi
jang. Aku terduduk. Tidak baik terus menerus
enatapku ta
melakukannya. Tidak harus aku. Ada mbak-mbak pondok yang
u akan mengundang atensi bagi yang mendengarnya. Lalu menggiring opini yang buruk. Seh
akhiri saja hubungan sandiwara ini. Aku sudah sa
a perasaan lega yang luar biasa karena sudah berhasil mengungkapka
rangtuaku. Dengan begi
an menelan saliva. Sungguh, hanya untuk menelan cairan dari
an dipertahankan jika tidak ada cinta untukku. Berkali-kali keinginan itu muncul setiap kali mas Ammar menolakku ketika aku
aman jika pergi denganku. Juga jika ummi berhalangan mengaji, maka aku juga
mi seringkali memintaku untuk mendampingi menemui mereka. Turut menjamu dan menghormati. Mendengar segala apa yang ingin disampaikan. Ya, pada intinya ummi dengan perlahan memberikan estafe
eorang istri, maka biarkan aku pergi dari sini."
suami untuk muasyarah terhadap istrinya. Tapi dalam prakteknya sama sekali tidak sesuai. Sisi
berada pada titik lelahku. Yang ada saat itu aku sudah benar
ng pakaian dan memasukkannya ke dalam koper yang aku ambil dari sudut k
us mengekor g
mau ke
at tanpa sedikitpun mel
kirkan bagaimana perasa
ngku. Lalu menatap le
erasaanku? Apakah mas Am
ungkukkan badanku. Menutup koper dengan gerak cepat. Set
n mungkin juga mas Ammar mencucinya. Maka tidak ada pilihan lain selai
katakan jika abah
a aku benar-benar pergi. Tapi aku sudah tidak lagi peduli. Aku tahu, dia b
sahnya?" Jawabku dengan nada y
r nanti alasan apa yang akan aku kemukakan jika abah atau
nganku. Namun aku memaksa melepas
u telah bulat. Aku harus segera pergi. Agar dia mengerti bahwa tidak ada satu orang pun manusia di du
ilai. Yang tahu nilai dari diriku, sebe
memang dia tidak bisa menganggapku bermakna untuk kehidupannya,
n dihormati. Yaitu tempat di mana aku dilahirkan. Aku yakin keluarg
aku ingin pulang.