Tentang Cinta Rihanna
ahimku. Meski tidak dilandasi dengan rasa cinta, tapi setidaknya
nginkannya lagi. Lagi dan lagi. Hingga tumbuhl
dapatkan malam pertamaku aku harus bersimpuh, berlutut memeluk kakinya. Memohon dengan me
Pertanyaan yang ingin sekali aku hindari. Karena mendengarnya saja itu sudah menyakitiku. Apalagi j
m kepalaku. Tidak hanya mendadak pening jika mende
di salah satu topik yang dianggap basa-basi untuk memulai sebuah perbincangan. Namun, bagi s
tentang program hamil dan anak, jujur aku seringkali merasa bingung. Sebab aku s
nduk? Sudah
ositif j
g cucu. Keturunanmu ditunggu-tunggu s
ebuah teror dalam keluarga ini. Membuat hidu
aku harus merendahkan diri, meski aku harus mengemis. Aku tidak peduli. Aku campakkka
seolah menyudutkan aku. Yang seolah menuduh bahwa a
malu mengakui bahwa putranya belum m
belum pernah disentuh oleh Ammar?"
Jantungku seolah akan terlepas dari tempatnya. Aku sangat
. Aku harus menjawab apa coba? Masa iya, aku harus berkata yang
gandung sejuta makna. Bener
, mi." Jaw
" Ummi terkekeh. Becanda mungkin maksud ummi. Tapi itu nyata seperti tamparan keras bagiku. Meny
tidak beraturan. Ini lebih pahit dari kisah Alina, ummi
itu? Kecuali kalau dia tidak normal." Um
ama hampir setahun tida
perkataan ummi. Aku terus me
gan kisah sebuah film yang beberapa bulan yang la
h yang cukup mutqin, beliau adalah pecinta satra dan pengge
h perempuan yang selalu mengelukan tentang kesetaraan g
curhat "sahabat perempuan" yang didirikan oleh ummi. Ingin aku memiliki teman bercerita meski hanya sekedar me
, ummi? Putramu saja belum perna
atu sisi aku tidak ingin melukai perasaan beliau jika tahu tentang kenyataan
erayu. Bagaimana dia selalu menatap risih dan jijik terhadapku. Saat aku melepas hi
demi penolakan yang dia lancarkan telah mem
a menjaga perasaan kedua orang tua itu, jika tidak karena menjaga perasaan ayah dan ibuku sendiri, jika ti
h menderita daripada Ratna Rengganis. Ini kisahku sendiri. Yang tidak be
ak impoten
mu itu impoten atau tidak? Sedangkan aku sama sekal
asti karena ummi terlampau resah dengan tidak kunjung hadirnya cucu di rumah ini. Hingga berpikir sampai ke arah
*
n terpaksa, sekarang bisakah jenenga
h terputus. Aku bersimpuh di hadapannya. Memoho
kali ini saja. Lakukan itu,
lututnya. Merendah serenda
ahimku. Abah dan ummi terus saja
an kasar, dia menarik pergelangan tanganku agar aku berdiri. Lalu dia dorong t
engan terpaksa dan hati yang diliputi amar
ar tidak menikmatinya. Erangannya dan cengkeramanny
i seluruh tubuhnya. Matanya terpejam. Seolah energinya telah terkuras habis. Dia nampak begit
lah semua persendian bergeser dari tempatnya. Aku berusa
idung bangirnya, alisnya yang hitam dan tebal, juga rahangnya yang kokoh, serta kumis dan jambang halusnya selalu berhasil membuatku terpesona padan
ran hangat yang keluar dari bagian intimku. Bercampur dengan bercak warna m
pelupuk mataku bagaimana tadi mas Ammar menyerangku. Dia begitu
guasa alam. Jika benih yang ditanam oleh mas Ammar ini tumbuh, maka aku berharap agar Tuhan menjadikan
an buruk suamiku padaku. Aku memeluk lututku sendiri. Berbalut selimut, ak
enuhnya kering. Lalu aku beringsut menggeser tubuhku. Meraih pakaian yang terserak di lantai
ir bawahku. Merasakan tidak nyaman pada ar
ku merasa sakit hati. Lagi-lagi terbayang semua yang dia la
edinginan. Maka aku segera membilasnya hingga bersih setelah meratakan sabun dan sha
iknya, maka kini gantian aku yang tidur di sofa. Setelah sebelumnya aku memaka