Sebelum Hujan Membasahi
m hujan, mungkin suatu selogan yang tidak asing lagi terdengar pada sepasang telinga kita. Perihal mendung dan hubungan, seakan menjadi sebuah kalimat yang berbeda, namun hampir mirip dal
ainya. Namun tanpa berdasarkan sebuah
u hubungan, kita hanyut dalam asmara perasaan, terlebih kita mendengar kata I Love You, ataupun berupa tulisan dari dirinya yang ditunjukkan untuk kita. Kita bahagia, tentu saja. Karena dia yang meng
ang aku anggap istimewa, wanita yang aku anggap mampu menjadi alasanku bahagia. Dan ternyata seperti
gitu indahnya. Ada laki-laki lain yang datang, dan berhasil merebut hatinya. Pedih, tragis, mengenaskan jika bol
eringat dia memberi pesan singkat, dan b
malam Minggu."
ius yang harus aku katakan." Chelsi
irkan didunia. Sempurna, aku menilai dirinya. Dari fisik yang dimiliki olehnya, adalah salah satu alasanku mengagumi dirinya. Terlebih sifat yang dimiliki, ketika dia melontarkan sebuah kalimat dari mulutnya, seakan itu adalah musik simponi yang begitu
ini jadinya. Malam yang aku anggap menjadi sebuah kebahagiaan seperti malam-malam
liahmu?" Aku membuka p
si." Tutur Chelsi sembari menyerutup teh tarik kurm
sepertu biasanya. Sikap Chelsi, sungg
aik saja, 'k
sesekali menatapku denga
ahal rasanya tidak ada masalah antara hubungan kita. Ditengah-tengah
anya Chelsi, sebuah pertanyaan y
nanyakan hal itu?"
ng. Dia menengok kekanan kekiri m
t bingung atas s
n. Padahal sedang aku usahakan untuk segera menjala
ya diam, t
yang pernah kita janjikan. Bagaimana pantas kau menanyakan ha
enyerutup teh ta
i tas miliknya. Ia menyodorkan pela
lirih yang terlonta
raih sesuatu itu, aku
y We
& Ch
elanjutkan
u masih tak percaya, d
wajah, dan kulihat pipi
anggilanku. Dia hanya tersedu sedu men
, bagai tersambar petir yang menggelegar menyambar. Aku terdiam, gemetar tak karuan. Demikia
yang pernah datang dengan janji, dan pergi menancapkan duri
pati. Aku mengenal dia dari saling tatap, dan aku beranikan diri unt
Begitulah yang aku ketahui sedikit cerita dari mereka. Aku tak pernah mengungkit masa lalu milik mereka, hingga aku tersadar b
Aku meminta penjelasan kepa
tadi. Ia hanya menangis, meneteskan air mata. Lalu bergegas pe
a perlahan, meremas undangan yang telah diberikan. Aku masih tetap te
, dia hanya kesepian
ra Nagara yang begi
hanyalah suatu pelampiasan semata. Pelarian atau apalah istil
elupakanmu, kekasih. Kini tinggal men
ang pernah men