Cinta Tak Terbalas
a ia jelaskan dengan kata-kata, tetapi juga ada sedikit kelegaan. Kelegaan yang datang setelah keputusan yang begitu sulit. Ia tahu bahwa meninggalkan Rangga adalah jalan ya
erceraian itu sudah ada di tangan, sudah siap untuk ditandatangani. Namun, hatinya masih dipenuhi keraguan y
seseorang yang seharusnya mencintainya. Tetapi kenyataannya berbeda. Kenyataannya, Rangga tidak pernah melihatnya dengan
ma, ataukah sebuah pelajaran yang harus ia jalani. Segala yang ia lakukan untuk Rangga terasa seperti sia-sia. Namun, di sisi lain, ada rasa takut yan
ceraian akan segera dimulai. Seketika, dadanya terasa sesak. Ini adalah langkah besar, langkah yang tidak bisa ia mundurkan. Ia tahu,
Langkah itu terdengar berat, penuh dengan keraguan. Ia tahu siapa yang datang. Meskipun suara itu tidak mengatakannya, h
yang menunjukkan betapa bingungnya ia. Tetapi ada sesuatu di mata Rangga yang kali ini tidak bisa Raisa hindari
suara yang hampir tak terd
berlalu. Rangga duduk di ujung ranjang, tidak berani mendekat lebih jauh. Seolah ada batas yang tak t
u harus mulai dari mana. Aku ingin minta maaf... untuk semuanya. Un
berat. "Kata maaf tidak akan pernah cukup, Rangga," jawabnya perlahan, dengan suara yang hancur. "Aku su
dah terjadi," Rangga berkata, kepalanya menunduk. "Tapi aku ingin kamu tahu,
ngga terasa seperti pisau yang menembus hatinya. Ia ingin merasakan bahwa Rangga sungguh menyesal, bahwa Rangga be
ginkan dariku? Aku sudah memberikan segalanya untukmu, tetapi itu tidak pernah cukup. Aku suda
u katakan, Raisa. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk membuatmu merasa dicintai. Aku tidak
ta lakukan. Aku sudah memberikan semua yang aku punya, tetapi kamu masih belum melihatku. Kamu masih terjebak dengan masa la
a, suaranya penuh kebingungannya yang sema
. Aku tidak ingin meninggalkanmu. Tapi aku tidak punya pilihan lagi. Cinta itu bukan tentang bertahan pada sesuat
ngambil keputusan, dan ia tidak bisa menghentikan semuanya. Ia ingin berjuang, tapi ia tahu
"Aku sudah memutuskan, Rangga. Perceraian ini adalah yang te
gin mengatakan sesuatu, tetapi kata-kata itu terperangkap dalam tenggorokannya. Akhirnya, Raisa keluar dari kamar itu, m
in jauh, Raisa merasakan perasaan yang aneh-