Suami Pilihan Sang Kekasih
k! Aku pa
terduduk lemas sambil menatap garis merah pada
pasti rusak! Aku gak mungkin hamil diluar peis positif. "Ah tidak! Aku tak boleh hamil, apa jadinya hidupku?" pikirn
an orang tuanya, serta bayang-bayang karirn
ngkin harus ia hadapi. Rasa mual dan pusing yang belakangan ini ia rasakan setiap pagi kini bermakna-ada
lat saat ia melangkahkan kaki keluar dari toilet
g jawab atas kehamilanku!" pekiknya. Wanita de
retaris, pesona dan daya tarik Razzen telah menyihirnya, membuatnya terperangkap dalam pesona cinta yang berbahaya, tanpa me
nkan dia untuk menikah
Razzen. Di tangan kanannya tergenggam erat, benda kecil yang mungkin akan mengubah hidup m
ah sebaliknya? Namun, tekadnya sudah bulat. Dengan sebuah nafas
gan harapan. Ia membuang jauh ketakutan yang selama ini mendera, memimpikan gelar nyonya Regantara yang akan me
karan di bibirnya, secara tiba-tiba langkahnya terhenti mendadak. Jantmerindukanmu. Kenapa kamu tak bilang-bilang sih kalau kamu pulang sekarang? Mungkin, aku a
ku telepon dulu, bukan kejutan namany
ara tawa Razzen terdengar penuh kegira
pa i
dua sosok di dalam sana. Razzen tampak duduk dengan santainya, sementara wanita lain
ang melingkarkan tangannya yang biasa memeluk Vanya, kini mengitari pinggang gadis tersebut. Hatinya terasa ditikam, air mata tak terasa
? Kenapa dia bersa
kini menusuk hatinya, sesak dan perih. Razzen, pria yang selama ini dia percayai, kini ten
. Razzen balas menyambut dengan sambutan yang bergelora; bibi
ut lebih dekat lagi. Dalam ruangan yang diselimuti suhu hangat itu, Vanya h
merapatkan tubuh mereka tanpa ada sisa ruang di antara keduanya. Dadanya merasakan tusukan menusuk tajam
an membawaku bertemu dengan orangtuamu?" Gemetar mengguncang tubuh Vanya, hampir kehilangan keseimbangan,
k, membisik dalam hati yang berkecamuk, "Ini tak sepatutnya terjadi. Aku yang mengandung buah hatimu, harusnya ta
, dan berkeringat lagi? Ada apa?" kekhawatiran Moza semakin nyata, matanya tak lepas memeriksa wajah Vanya. "Hanya... tidak enak badan, Za," Vanya berusaha tersenyum, suaranya tercekat, sementara tangannya mencengkeram er
itamin sudah cukup kok, " sahutnya. Ia melemparkan senyum tipis. Kemudi
iasanya Vanya ceria, tapi kali ini terlihat banyak fikiran seperti
a kembali ke mejanya untuk mem
*
hari p
bil keputusan yang mendebarkan dengan na
a pria itu akan bereaksi saat mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung
u lantai ke-21 tempat kamar sang kekasih berada. Klik! Pintu terbuka dengan mudah setelah Vanya memasukkan kombinasi angka-an
semakin sesak saat ia menyaksikan pem
nutupi tubuhnya. Dada bidangnya tampak sangat gagah, memaksa Vanya teringat pada kenangan yang tel