Bayi Satu Milliar Milik CEO
ta itu membali
yang sedang menata
sakit?" Mama Veny mengusap k
ernapas lega. Sikap Mama Veny menjadi pertanda bahw
ku ke sini cuma mau meny
terkesan dengan kepribadian Riana, karena tidak biasa
enal Bik Nana
rumah aku. Makanya aku senang bisa ketemu lagi sama Bik Nana di sini. Aku juga baru tahu ka
sa. Meskipun jantungnya masih jedag-jedug. Jika sampai
sopan dan mau ingat sama asisten rumah tangga. Keputusan tante untuk menjodohka
sih,
ada di atas awan. Dukungan dan simpati dari Mama Veny sudah ia dapatkan. Dan Riana tahu bah
memang begitu. Sampai sekarang dia belum juga ma
ny. "Sebenarnya aku akan dijodohkan dengan anak relasi bisnis papi. Tapi aku belum setuju. Kata m
akan semakin mendesak Alvian untuk meresmikan hubungan mer
, jadi ba
cari jodoh secepatnya. Kalau tidak, nanti
ir. "Kayaknya tante harus bicara lagi sam
garkan pembicaraan itu menyembunyikan seringai. Ah, putrinya itu mem
an!" pekik Mama
engar panggilan mamanya. Ya ampun, Mama! Ini jantung, bukan labu sia
a apa sih, Mah? Kenapa sepanik ini? Ak
sesuatu yang s
menatap mamanya kes
usan kamu tentan
itu terlalu banyak mengusulkan sesuatu. Kadang Alvian
a menjodohkan kam
erat. Ia tampak frustrasi. "Kan
dijodohkan dengan relasi bisnis papinya. Kamu harus cepat! J
g ia menegaskan punya kriteria sendiri dalam memilih jodoh. Dan Riana sa
balasnya acuh tak acuh. Mama Veny
sah loh dapat perempu
andang harta. Sedangkan Riana, memanfaatkan fasili
a Galih saja
a Veny me
kamu yang men
yela, tiba-tiba terasa sensasi aneh yang berp
Mau ke kamar
erti ini sering dialami Alvian beberapa bulan belakangan ini. Ia kerap mual tanpa alasan. Sudah pernah memeriksakan diri ke dokter karena takut ada ma
artabak manis yang banyak!" pint
yang akan direpotkan dengan keadaan ini. Alvian bahkan pernah meminta dipesankan rujak buah. Padahal selama ini ia sama sek
tang membawa banyak martabak dengan berbagai rasa. Karena Alvian tidak menyebutkan ingin rasa apa, sehingga Galih ber
p Galih sembari meletakkan bebe
membuat aroma martabak panas menyeruak memenuhi seisi
protesnya sambil mengapit hidu
abaknya beraroma apa? Aroma c
selalu berhasil membuat emosi naik turun. Beruntung Galih adalah sepupunya, jika bukan m
uar saja
ahan dengan
kepala. Padahal untuk membeli martabak t
suku ras terkuat di Bumi ali
oleh Alvian. Martabak manis dengan berbagai va
bos sudah cosplay
namun dapat tertangkap
ebut kata hamil, pikirannya langsung tertuju pada Ajela . Pertemuan mengejutkan kemarin membu
bisnisnya di sebuah hotel dengan ditemani Riana. Awalnya semua berjalan biasa-biasa saja. Meskipun A
udian ia merasakan dirinya seperti sedang mabuk berat. Tubuhnya terasa panas dan berkeringat. Jantung berdebar kencang, dada sesak d
Kesempatan itu pun ia gunakan untuk meninggalkan gedung hotel menuju apartemen pribadin
. Bahkan saat ini penglihatannya terasa buram. Seperti baru saja meminum obat perang
pi s
m ini, secepatnya !" perintahnya kepada s
nita panggilan begitu?" s
ar berapapun. Asal oran
punya kenalan bernama Tuan Al
ih perawan. Aku tidak
terlalu terkejut dengan perintah aneh tersebut. Pe
mu denga
aik, saya akan cari
r. Mencoba menenangkan diri. Tetapi, semakin lama rasa itu se
panggilan dari Riana yang mungkin sudah m
an itu ia abai
Berasal dari orang yang tadi dihubungi Alvian untuk m
ukan seorang wanita sep
awa dia
hnya ta
at Alvian habis kesabaran. Jika saja pria itu berada te
ikan yang penting dia masih perawan dan bisa
akukan kesepakatan harga dengannya. S
menunggu. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa ia akan menghabiskan malam dengan se
rang tahu ia membayar wanita untuk memuaskan
kan wanita bayaran i
an seadanya. Tidak begitu cantik, namun manis. Entah mengapa Alvian dapat melihat pancaran pen
ah diubun-ubun dan tak dapat ditahan-tahan. Apalagi ketika melihat Ajela hanya terba
n kenangan malam itu seketika membuyar oleh
pulang dari perjalanan ke luar kota. Oma
pulang?"
sayangannya itu dan memilih duduk di tepi sofa. Meletakkan punggung tan
a. Cuma rasanya pe
dan modern di usianya yang tak lagi muda. Tetapi, jangan salah. Ia masih memegang tradisi nenek moyang za
harus beradu dengan koin tajam yang men
it!" keluh Alvian samb
akit!" ucap Oma. Menekan ko
ok tapi dikuret!" protes Alvian.
el sekali, Al
ual, muntah, minta dibelikan yang aneh-aneh, g
e arah Galih. "Bicara begitu lag
mungkin Alvian memecatnya. Ia adalah tipe orang yang san
sudah tua, loh. Sudah waktunya untuk gendo
n merupakan ide dari mama. Ya, mama pasti meminta oma yang membujuk. O
dipenuhi bayangan Ajela . Memikirkan
dungan Ajela ternyata adalah
ambu