Kecanduan Cinta Tuan Muda Kaya Raya
angan kamu cuma asal-asalan lagi?" Suara Felicia tajam seper
atnya seolah ingin lenyap dari tempat itu. Tangannya gemetar saat me
i arahan Anda, Bu Felicia," jawabnya dengan
eja dengan kasar. "Ini? Detail? Lihat warna ini-terlalu pucat! Dan font ini? Murahan
. Beberapa orang saling bertukar pandangan, menahan senyum geli, sementara ya
eja untuk menahan amarah dan rasa malu. Kata-kata Felicia
rnya, meski ia tahu permintaan maaf atau jan
presi muak. "Cepat lakukan! Jangan tunggu s
lalu kembali ke mejan
a bergerak ragu di atas keyboard, mencoba mencari ide untuk memperbaiki d
apas panjang. Ia tahu pekerjaannya tidak sempurna, tapi ia m
as di belakangnya, sengaja
si Aria. Selal
biasa-biasa aja. Untung d
mencoba membiarkan semua kata-kata itu berlalu sepert
visi, sebuah notifikasi email masuk. Ia membuka p
sebelum pukul 8 malam. Kala
Dengan waktu hanya tiga jam, menyelesaikan semua rev
. Beberapa kali ia harus menghapus desainnya sendiri karena merasa belum cukup bagus
nuju ruang kerja Felicia. Tumpukan kertas desain ada di tanga
kertas-kertas di tangan
s-kertas tersebut. Ia mengenakan jas hitam yang terlihat mahal,
itu dengan nada tenang, memandang
is di wajah pria itu. "Saya baik-baik saja. Terima
diri. "Hati-hati kalau jalan. Jangan terlalu sibuk sampai
rtanya-tanya siapa pria itu. Tapi ia tidak punya waktu
tapan sinis. "Delapan menit terlambat, Aria. Kamu benar-benar tidak p
menyelesaikan revisinya," ujar
arkannya ke meja. "Saya akan memeriksanya
a. Ia keluar dari ruangan itu dengan langkah lemah. Di dalam hatinya
ikan, menyisakan hanya cahaya redup dari layar laptopnya. Ia mengetik dengan lambat
yang terasa semakin berat. Tuntutan kerja, tekanan dari a
i sini?" gumamnya pelan, men
memperhatikannya dalam diam. Matanya menyiratkan rasa ingin tahu, seolah
Setelah beberapa saat, ia berbalik dan pergi, me
bahwa kehidupan sebagai karyawan biasa di perusahaan besar ini tidak pernah m
sebelumnya mulai mendekat. Ia hanya belum menyadari bahwa malam ini akan menjadi aw
s kuat,"