Istri Kedua Untuk Suamiku
iku." Ucapan Clara terdengar
angannya gemetar. Nampan kecil yang tadi diletakkan di meja hampir terjatuh. Sementara itu, Bagas lan
CEO sukses di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi dan inovasi. Sebagai pasangan yang tampak sempurna di mata publik, kehidupan mereka tampaknya penuh kemew
agas dengan nada setengah berb
a untuk melanjutkan warisan, tetapi juga sebagai simbol keberhasilan dan kelanjutan dari impian yang telah ia capai bersama Clara. Namun, bagi Clara, memiliki anak adalah ancaman besar
dan mulai mencari jalan keluar yang mungkin bisa menyelamatkan pernikahannya tanpa mengorbankan karirnya. Setelah berpikir panjang, Clara akhirnya membuat keputusan yang
ah memikirkan ini baik-baik. Maya adalah wanita yang tepat. Dia renda
erasa lemas. "Maaf, Bu Clara. Saya ... saya n
adalah solusi terbaik. Aku tahu kamu butuh bantuan finansial untuk pengobatan ayahmu. Aku juga tahu Bagas ingin seorang anak, sesuatu yang ngg
"Clara, kamu nggak bisa mengambil keputusan sepih
etap bersama, Mas. Kalau aku nggak bisa memberimu anak, setidakn
ta-kata tak kunjung keluar dari mulutnya. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya, bagaimana mu
aya berkata, "Maaf, Bu Clara. Saya
u akan berubah pikiran. Apalagi saat ini ayahmu sedang terbaring
aaf, Bu. Saya rasa nggak ada yang perlu dipikirkan lagi, sampai kapan pun saya akan tetap m
ara Bagas hanya bisa menggelengkan kepala, merasa pernikahanny
kah gontai, suasana di ruangan itu berubah tegang. Bag
rinya dengan tatapan tajam. "Kamu nggak bisa seenaknya membuat keputusa
. "Aku hanya mencoba mencari solusi, Mas. Kamu tahu aku nggak ingin memiliki an
ya, asisten rumah tangga kita, untuk menikah denganku? Kamu sadar betapa nggak masuk akalnya itu
g. Aku ingin kamu bahagia, Mas. Aku tahu kamu butuh keturunan, dan aku nggak mau mengorbankan k
osisinya dalam kehidupan sosial dan profesional. Dengan rencana ini, Clara berharap bisa mempertahankan
, aku nggak ingin anak dari wanita lain. Aku ingin anak dari istriku, dari kamu! Ak
lut suaminya. "Mas, aku tahu kamu ingin anak. Tapi aku sudah memutuskan, dan keputusan
ahagiaan kita, Clara. Aku ingin kita membangun keluarga, bukan hanya kehidupan yang penuh dengan prest
buhku, penampilanku, semuanya akan berubah. Orang-orang akan mulai melupakan siapa aku, dan mereka hanya akan melihat aku sebagai se
dalam. Dia menatap Clara dengan r
Kamu nggak perlu bingung, Mas. Karena aku sudah membuat keputusan. Jika kamu in
a berkata sepatah kata pun, dan berjalan menuju ke arah kamarnya. Bagas yang masih terdiam, merasakan kehadiran Clara yang semakin menja
kah itu adalah sesuatu yang membahagiakan karena dengan begitu Mas Bagas bisa memili