Proposal Cinta Sang Miliarder
umat malam, masjid ini ramai oleh para jamaah yang ingin mendengarkan nasihat dan ilmu dari Ustaz Hasan. Farhan jarang melewatkan
yang datang ke masjid ini, tidak mencolok sama sekali. Farhan ingin agar semua orang melihatnya sebagai la
uju ke depan, mencari sosok yang ingin ia temui. Benar saja, Aisyah sudah duduk di barisan wanita, tidak jauh dari panggung kecil tempat Ustaz Hasan biasanya me
ndengarkan dengan penuh perhatian, berusaha menyerap setiap kata yang diucapkan. Namun, tak dapat ia pung
semua itu tidak akan kita bawa ke akhirat. Kita hanya akan membawa amal, dan bagaimana kita menjaga h
terbebani. Kekayaan yang dimilikinya bukan untuk dinikmati secara berlebihan, namun sebagai amanah yang harus ia
engabdikan dirinya kepada Allah," kata-kata Ustaz Hasan terasa mengena di hatinya. Ia sadar, jika
-
ebelum pulang. Farhan masih duduk di tempatnya, menunggu kesempatan untuk melihat Aisyah keluar. Ia tid
r di sampingnya. Farhan menoleh dan melihat U
staz," jawab Farhan
baik, ya? Alhamdulillah," ucap
lah, Ustaz. Saya sangat tersentuh d
ng sedang berbincang dengan beberapa temannya di ujung sana. "Kadang, kita merasa
ya hanya berharap niat saya ini diridhoi, Ustaz
lembut. "Sabar, Farhan. Tidak perlu tergesa-gesa
dang berpamitan dengan temannya. Seketika hatinya berdebar. Ia merasakan harapan kecil bahwa su
tatapan langsung, namun matanya tetap memperhatikan dari ekor mata. Ia tidak ingin terlihat berlebihan
yah berhenti sejenak. Mereka berbicara sebentar, lalu Aisyah terse
pas, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dalam hati ia berdoa,
-
maian yang jarang ia dapatkan di tempat lain. Setiap kali melihat Aisyah, ia merasa hatinya semakin mantap bahwa gadis inilah yang ia cari
dan kajian, Farhan tidak sengaja mendengar p
n? Maksudku, setidaknya bisa menjamin masa depanm
butuh pasangan yang bisa menuntun aku menuju ridha Allah. Kalau ha
h begitu dalam dan murni. Tanpa sadar, ia menggenggam tangannya, berdoa dalam hati agar ia bisa menjadi seseo
ar dari masjid, Farhan merasakan ada dorongan u
sapa Farhan perlahan, sediki
pan sambil menjawab, "Wa'ala
dirinya. "Alhamdulillah, baik. Saya sering me
erasa tenang kalau ikut kajian. Di sini saya bisa belaja
an hal yang sama. Semakin sering saya datang ke sini,
an sejenak. "Kita hanya bisa berharap
k bicara, ia merasa sudah lebih dekat mengenal Aisyah. Namun, di balik pe
der yang menjalani hidup sederhana demi tidak terjebak da