Tangisan Pilu Sang Istri
p, bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari mertuanya, bahkan mengharapkan bisa dianggap seperti anak sendiri. Tapi rupanya, itu tak akan pern
ika anak lelakinya memperlakukan istrinya dengan baik. Padahal, hal itu dapat menunjukkan bahwa dia adalah pria yang baik, pria yang memperlakukan is
ar menjadi istri dari anaknya sekaligus menantunya. Padahal, anak lelakinya itu hanya sedang menjalani kehidupan selanjutnya dengan wanita yang
li membuatnya terluka dan kecewa. Dan, semakin hari luka yang dirasakan itu semakin terasa membesar dan ketika luka m
ya ingin hatinya dan pikirannya kembali tenang, tanpa ada lagi luka yang menggerogoti hatinya, maka dari itu, memilih untuk me
ancang. Tapi, aku hanya ingin hati dan pikiranku
menundukkan kepalanya dalam-dalam, memainkan jari-jemarinya dan mer
amnya seperti neraka ini, segera. Jadi, kamu jangan pernah takut untuk me
oga saja usaha kita ini bisa segera maju dan juga bisa mewu
Mas. P
e arah sana. Ya, meskipun semuanya itu baru sebuah rencana tapi ia sangat yakin sekali pada suaminya itu. Dimas, menang tidak akan pernah
ma berusaha untuk memahami segala sesuatu hal, tanpa pernah menghakimi apapun itu. Selalu bersikap tenang, di ka
mata yang lentik juga panjang, tidak lupa bibir tipisnya yang menambah kesan indah di sketsa wajahnya yang hampir sempurna itu. Wanita muda itu sudah melabuhkan hatinya pada
sekali. Namun, setelah menikah, wanita cantik itu juga meninggalkan semua hal yang sudah digeluti olehny
sanya ia akan begitu sangat sibuk dengan dunianya tapi kini, justru hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Meski awalnya merasa
Sekarang, semuanya jauh berbeda dengan dulu ... kegiatannya hanya berdiam diri di rumah, dengan segala macam pekerjaan rumah yang tidak akan ada habisnya. Belum lagi, harus menghadapi mertua dan ipar yang bar-bar, sudah pas
lancar tanpa hambat
selalu berdoa untu
, benar-benar mendera hatinya. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena belum bisa memberikan keturunan pada suaminya, meski sebenarnya Dimas tak pernah membahas hal terse
atap keluar jendela dapur, lamunannya menari-nari di dalam pikirannya, entah saat ini apa yang sebe
ngar suara yang tidak pernah mau didengar oleh
kannya bekerja, ini malah enak-enak
an bekerja, Ma?" Lagi, Manda memberanikan diri
a! Semua itu sudah menjadi kewajiban sebagai seorang menantu!
ung di dunia rias yang bertemu dengan orang banyak dan pejabat-pe
ja kalau tidak mendapatk
dak kan! Makanya jangan sok mencari ridho, bikin susah sendiri saja! Lebih bai
Dimas? Selama ini, aku mengeluarkan semua uang tab
endiri yang selalu meminta uang dengan ala
oleh memberikan nafkah pada istrinya. S
usaha itu modal tambahannya dari mana? Dari daun? Itu dari aku, Ma!" tegas M
icara denganmu itu tidak akan pernah ada habisnya! Melawan saja bisanya, heran
ki adab, susah sih kalau yatim piatu! Soa
eriak Manda tertahankan, tak ingin lepas kendali. Hatinya terasa sangat sesak, saat mertuanya itu mempertanyakannya b
a? Bukankah apa yang aku katakan it
erkejut dan refleks mundur, sorot mata menantunya begitu san
ma, Mbak!" Lena menghampiri mereka berdua yang berada di dapur. "La
nda, namun kakak iparnya itu lebih cekatan, menangkis tan
ak
ak
k Manda berapi-api, menunjuk k
kku!" teriak Mama Hilda menolong Lena
telapak tanganku ini?" Manda menyeringai
nyakitkan keluar begitu saja dari bibir ibu mertuanya, Manda sama sekali tak menangis
" tunj