Tangisan Pilu Sang Istri
dekatkan wajahnya, tapi gadis itu segera ditarik
lda dan masih terdengar jelas oleh Manda yang m
aporkan pada Mas Dimas!" ancam Lena merasa sanga
ak akan pernah tak
ya! Dasar me
tak punya hati!" b
kembali menyerang wanita itu tapi
gi, ayo nanti kamu telat berangkat
anda! Urusan kit
tun
s Dimas tidak menikah dengan wanita
eperti biasanya. Tapi, pagi-pagi sudah dirusak moodnya oleh mertua dan iparnya. Ia kembali menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kursi
Mereka tak ada yang pernah bisa menghormatinya dan hal itu membuatnya merasa sangat kesal juga m
a merasa sakit. Menikmati setiap keheningan yang sedang dirasakan olehnya itu. Padahal, wanitaa itu sedang berusa
tnya merasa lebih dihargai. Dunia yang pernah membesarkan namanya di dalam dunia rias wajah, tempat dimana ia dikenal dan juga dihormati oleh banyak orang. N
ikap keluarga suaminya selama ini padanya. Tak pernah terbayangkan olehnya, bahwa dunia setelah menikah itu benar-benar ... menyakitkan. Sed
yar ponselnya. wanitaa itu tersenyum tipis, rupanya sahabat baiknya itu tetap menghubunginya meskipun selal
seperti dulu. Manda lebih dulu mengusap air matanya dengan sedikit agak kasar lalu me
arnya, Sayang?" Retno menyapa de
aku baik-baik saja. Kamu send
i ada dimana, Manda? Hm ... lagi sibuk, tidak?"
santai saja nih di rumah. Ada apa, Ret? Sepertiny
ujung telepon sana. "Seperti biasa, aku selalu datan
lum kau menolak lagi, Manda," ucap Retno memperinga
, mengajak wanitaa itu kembali terjun di dunia seni wajah. Sahabatnya itu memang sudah beberapa kali mengajaknya kembali u
sebenarnya suka tergerak untuk kembali ke dunia yang sama, tetapi ia lebih tahu betul kalau suaminya itu, lebih senang
ak bisa langsung memutuskan apa-apa, kau paham bukan?" jawab Man
aham sekali akan hal itu, Manda.
saja. Ini kliennya benar-benar
sangat berpengaruh dalam banyak hal.
angmu. Dan, katanya cuman kamu yang cocok
karena tidak ada makeup artist yang bisa gantikan
entuh wajahnya oleh dia seorang. Tapi, mengingat dia sekarang sudah menjadi seorang istri,
sudah tidak mau lagi berkecimpung di dalamnya. Semuanya sudah cu
sekali dengan temannya itu. "Aku tahu, Sayang. Aku juga meng
sar untukmu, Manda. Lagi pula, kamu tid
kali ini saja. Bantu aku
n? Memangnya