icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dicerai Suami, Dipinang Sultan

Bab 3 membiarkan hujan itu menjadi saksi

Jumlah Kata:1443    |    Dirilis Pada: 07/12/2024

dan Rania pagi tadi, pikirannya dipenuhi berbagai hal yang tak mampu ia abaikan. Suara tawa kecil Rania, ta

kehilangan empuknya. Di atas meja tergeletak album foto pernikahannya dengan Raka. Ia tak t

t atau keinginan untuk menutup luka, tangannya be

tampak gagah dengan setelan jas putih. Di foto itu, matanya bersinar penuh harapan. Seakan aku l

palsu yang dulu ia pikir nyata. Setiap foto adalah

an kecil tertempel di sudut. Tulisan tan

dak tahu apa masa depan akan selalu mudah, tapi aku tahu

ini? Jika kau percaya aku adalah kekuatanmu, kenapa ka

i ruangan yang kosong. Di tengah tangisnya, sebuah kenangan tib

am

a," kata Raka tanpa basa-basi

mulai memerah. "Kenapa, Raka? Apa

uruk, Asha. Kamu... biasa saja. Hidupku terlalu besar

ia mencurahkan segalanya untuk mendukung Raka-membantunya mengelola jadwal, menjaga rumah te

a," bisik Asha, mencoba menahan air

gisannya. "Aku salah. Rumah yang aku butuhkan

ri yang ia bayangkan. Malam itu, ia hanya berdiri diam, menatap punggung Ra

hapus kenangan itu. Tapi bayangan Raka dan kata-katanya ter

mut dan memaksakan dirinya tidur. Tapi sebelum ia bisa ben

fa

ingin memastikan Rania tidak merepotkan Anda tadi

k kata-kata sederhana itu. Sudah lama sekali tidak ada orang yang benar-ben

, ia menget

s

Rafael. Dia gadis kecil yang luar biasa.

ngirim pesan itu, pons

fa

da butuh seseorang untuk berbicara, saya selalu siap mend

merasa apa-lega, terharu, atau justru lebih takut. Membuka diri pad

el tulus. Ia mengingat tatapannya tadi pagi, penuh

a secercah harapan. Tidak besar, tapi cukup untuk membuatnya berpiki

erti melodi daripada tangisan. Asha memandang ke luar jendela, membiarkan hujan itu menja

an Rania pagi tadi, pikirannya dipenuhi berbagai hal yang tak mampu ia abaikan. Suara tawa kecil Rania, tata

kehilangan empuknya. Di atas meja tergeletak album foto pernikahannya dengan Raka. Ia tak t

t atau keinginan untuk menutup luka, tangannya be

ampak gagah dengan setelan jas putih. Di foto itu, matanya bersinar penuh harapan. *Seakan aku lu

alsu yang dulu ia pikir nyata. Setiap foto adalah pe

an kecil tertempel di sudut. Tulisan tan

dak tahu apa masa depan akan selalu mudah, tapi aku tahu,

ini? Jika kau percaya aku adalah kekuatanmu, kenapa kau

ruangan yang kosong. Di tengah tangisnya, sebuah kenangan tiba-

-

lam

," kata Raka tanpa basa-basi,

ulai memerah. "Kenapa, Raka? Apa a

uruk, Asha. Kamu... biasa saja. Hidupku terlalu besar

ia mencurahkan segalanya untuk mendukung Raka-membantunya mengelola jadwal, menjaga rumah te

," bisik Asha, mencoba menahan air ma

gisannya. "Aku salah. Rumah yang aku butuhkan

i yang ia bayangkan. Malam itu, ia hanya berdiri diam, menatap punggung Raka

-

hapus kenangan itu. Tapi bayangan Raka dan kata-katanya ter

mut dan memaksakan dirinya tidur. Tapi sebelum ia bisa ben

fael

ingin memastikan Rania tidak merepotkan Anda tadi

k kata-kata sederhana itu. Sudah lama sekali tidak ada orang yang benar-ben

, ia menget

sha

Rafael. Dia gadis kecil yang luar biasa. T

ngirim pesan itu, pons

fael

da butuh seseorang untuk berbicara, saya selalu siap mende

merasa apa-lega, terharu, atau justru lebih takut. Membuka diri pad

l tulus. Ia mengingat tatapannya tadi pagi, penuh ke

a secercah harapan. Tidak besar, tapi cukup untuk membuatnya berpiki

ar lebih seperti melodi daripada tangisan. Asha memandang ke luar jendela, me

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka