Dicerai Suami, Dipinang Sultan
dan Rania pagi tadi, pikirannya dipenuhi berbagai hal yang tak mampu ia abaikan. Suara tawa kecil Rania, ta
kehilangan empuknya. Di atas meja tergeletak album foto pernikahannya dengan Raka. Ia tak t
t atau keinginan untuk menutup luka, tangannya be
tampak gagah dengan setelan jas putih. Di foto itu, matanya bersinar penuh harapan. Seakan aku l
palsu yang dulu ia pikir nyata. Setiap foto adalah
an kecil tertempel di sudut. Tulisan tan
dak tahu apa masa depan akan selalu mudah, tapi aku tahu
ini? Jika kau percaya aku adalah kekuatanmu, kenapa ka
i ruangan yang kosong. Di tengah tangisnya, sebuah kenangan tib
am
a," kata Raka tanpa basa-basi
mulai memerah. "Kenapa, Raka? Apa
uruk, Asha. Kamu... biasa saja. Hidupku terlalu besar
ia mencurahkan segalanya untuk mendukung Raka-membantunya mengelola jadwal, menjaga rumah te
a," bisik Asha, mencoba menahan air
gisannya. "Aku salah. Rumah yang aku butuhkan
ri yang ia bayangkan. Malam itu, ia hanya berdiri diam, menatap punggung Ra
hapus kenangan itu. Tapi bayangan Raka dan kata-katanya ter
mut dan memaksakan dirinya tidur. Tapi sebelum ia bisa ben
fa
ingin memastikan Rania tidak merepotkan Anda tadi
k kata-kata sederhana itu. Sudah lama sekali tidak ada orang yang benar-ben
, ia menget
s
Rafael. Dia gadis kecil yang luar biasa.
ngirim pesan itu, pons
fa
da butuh seseorang untuk berbicara, saya selalu siap mend
merasa apa-lega, terharu, atau justru lebih takut. Membuka diri pad
el tulus. Ia mengingat tatapannya tadi pagi, penuh
a secercah harapan. Tidak besar, tapi cukup untuk membuatnya berpiki
erti melodi daripada tangisan. Asha memandang ke luar jendela, membiarkan hujan itu menja
an Rania pagi tadi, pikirannya dipenuhi berbagai hal yang tak mampu ia abaikan. Suara tawa kecil Rania, tata
kehilangan empuknya. Di atas meja tergeletak album foto pernikahannya dengan Raka. Ia tak t
t atau keinginan untuk menutup luka, tangannya be
ampak gagah dengan setelan jas putih. Di foto itu, matanya bersinar penuh harapan. *Seakan aku lu
alsu yang dulu ia pikir nyata. Setiap foto adalah pe
an kecil tertempel di sudut. Tulisan tan
dak tahu apa masa depan akan selalu mudah, tapi aku tahu,
ini? Jika kau percaya aku adalah kekuatanmu, kenapa kau
ruangan yang kosong. Di tengah tangisnya, sebuah kenangan tiba-
-
lam
," kata Raka tanpa basa-basi,
ulai memerah. "Kenapa, Raka? Apa a
uruk, Asha. Kamu... biasa saja. Hidupku terlalu besar
ia mencurahkan segalanya untuk mendukung Raka-membantunya mengelola jadwal, menjaga rumah te
," bisik Asha, mencoba menahan air ma
gisannya. "Aku salah. Rumah yang aku butuhkan
i yang ia bayangkan. Malam itu, ia hanya berdiri diam, menatap punggung Raka
-
hapus kenangan itu. Tapi bayangan Raka dan kata-katanya ter
mut dan memaksakan dirinya tidur. Tapi sebelum ia bisa ben
fael
ingin memastikan Rania tidak merepotkan Anda tadi
k kata-kata sederhana itu. Sudah lama sekali tidak ada orang yang benar-ben
, ia menget
sha
Rafael. Dia gadis kecil yang luar biasa. T
ngirim pesan itu, pons
fael
da butuh seseorang untuk berbicara, saya selalu siap mende
merasa apa-lega, terharu, atau justru lebih takut. Membuka diri pad
l tulus. Ia mengingat tatapannya tadi pagi, penuh ke
a secercah harapan. Tidak besar, tapi cukup untuk membuatnya berpiki
ar lebih seperti melodi daripada tangisan. Asha memandang ke luar jendela, me