Dicerai Suami, Dipinang Sultan
angannya sendiri. Mata sembap karena tangis, kulit pucat karena stres, dan tubuh
n Asha ya
nya yang dulu-seorang perempuan ceria yang percaya pada cinta, percaya pada mimpi, dan percaya pada Ra
ngan Rafael. Kata-kata pria itu terngiang-ngiang di teli
adi sempurna-sempurna untuk Raka, sempurna untuk orang lain, bahkan sem
memeluk lututnya erat-erat. Malam semakin laru
u yang M
aka! Aku sudah memberikan segalanya!" teriak Asha, su
temen mereka. Raka, dengan wajah dingin, hanya berdir
gak pernah mau menikah dengan perempuan yang cuma bisa mengh
g menusuk dadanya. "Menghalangi mimpimu? Raka, aku yang selal
. "Itu masalahnya, Asha. Aku nggak butuh dukunganmu.
Raka pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Asha d
i ke M
berbunyi. Tangannya gemetar saat ia meraih ponsel
g. Untuk apa pria itu meneleponnya sekarang? B
n rasa takutnya. Dengan tangan gnya pelan, ha
familiar, tetapi juga penuh denga
menjaga suaranya tetap tenan
ku... aku cuma ingin tahu kabarmu. Aku dengar da
h sarkasme. "Kamu tiba-tiba peduli
memisahkan mereka. Akhirnya, ia berkata, "Aku tahu aku salah, Asha. Ak
k ingin menunjukkan kelemahannya. "Raka, kamu bilang aku beban. Kamu bila
dang berjuang untuk mengumpulkan keberanian. "Aku
dengan campuran emosi-marah, terluka, bingung, dan... se
agi. Aku sudah selesai denganmu." Dengan itu, ia
n yang T
ilan itu. Ia fokus pada pekerjaannya di sekola
l muncul di pintu kelas. Ada sesuatu di wajahnya yan
tar?" tanyanya, suaranya terde
sana, pria itu berbalik, menatapnya dengan ser
asa ada sesuatu yang tidak b
... dia mendekati saya. Dia bilang dia ingin kembal
mbuat Asha membe
ermainan. Tapi saya ingin kamu tahu, saya tidak akan
h, atau terharu. Yang jelas, kata-kata Rafael seperti tembok yang
s mendapatkan semua ini," bisik Asha, suar
n. "Kamu pantas mendapatkan cinta yang tulus, Asha. J
hatinya. Untuk pertama kalinya, ia merasa seseorang benar-benar m
tanya jatuh, membiarkan hatinya yang patah mulai terbuka unt
angannya sendiri. Mata sembap karena tangis, kulit pucat karena stres, dan tubuh
n Asha yan
nya yang dulu-seorang perempuan ceria yang percaya pada cinta, percaya pada mimpi, dan percaya pada Ra
gan Rafael. Kata-kata pria itu terngiang-ngiang di teling
di sempurna-sempurna untuk Raka, sempurna untuk orang lain, bahkan sempu
memeluk lututnya erat-erat. Malam semakin laru
-
u yang Men
aka! Aku sudah memberikan segalanya!" teriak Asha, su
temen mereka. Raka, dengan wajah dingin, hanya berdir
gak pernah mau menikah dengan perempuan yang cuma bisa mengh
g menusuk dadanya. "Menghalangi mimpimu? Raka, aku yang selal
. "Itu masalahnya, Asha. Aku nggak butuh dukunganmu.
Raka pergi tanpa menoleh lagi, meninggalkan Asha d
-
i ke Mas
berbunyi. Tangannya gemetar saat ia meraih ponsel
g. Untuk apa pria itu meneleponnya sekarang? B
rasa takutnya. Dengan tangan gem
nya pelan, ha
familiar, tetapi juga penuh denga
menjaga suaranya tetap tenang,
ku... aku cuma ingin tahu kabarmu. Aku dengar da
h sarkasme. "Kamu tiba-tiba peduli
memisahkan mereka. Akhirnya, ia berkata, "Aku tahu aku salah, Asha. Ak
k ingin menunjukkan kelemahannya. "Raka, kamu bilang aku beban. Kamu bila
ang berjuang untuk mengumpulkan keberanian. "Aku in
dengan campuran emosi-marah, terluka, bingung, dan... seju
agi. Aku sudah selesai denganmu." Dengan itu, ia
-
n yang Tak
lan itu. Ia fokus pada pekerjaannya di sekolah,
muncul di pintu kelas. Ada sesuatu di wajahnya yang
ar?" tanyanya, suaranya terdeng
sana, pria itu berbalik, menatapnya dengan ser
asa ada sesuatu yang tidak b
... dia mendekati saya. Dia bilang dia ingin kembal
mbuat Asha membe
rmainan. Tapi saya ingin kamu tahu, saya tidak akan m
, atau terharu. Yang jelas, kata-kata Rafael seperti tembok yang m
s mendapatkan semua ini," bisik Asha, suar
n. "Kamu pantas mendapatkan cinta yang tulus, Asha. J
hatinya. Untuk pertama kalinya, ia merasa seseorang benar-benar mel
iarkan air matanya jatuh, membiarkan hatinya ya