Sugar Daddyku Kakak Iparku
mar kecilnya. Di hadapannya, layar ponsel terus menyala
ku ingin kamu di sini l
am ponselnya erat-erat, napasnya terasa berat. Ia merasa seperti boneka yang sedang dimainkan
bisiknya lirih, air
di Rumah y
sudah bangun lebih awal dari siapa pun, menyelesaikan pekerjaan rumah agar tidak mendapat te
ssa berdiri di depan dapur, melipat tangan dengan wajah penuh amarah.
oba menjelaskan. "Itu noda yang
"Kamu ini memang nggak berguna! Kalau aku tahu kamu hanya ak
. Ia menggigit bibirnya, menah
baju ini dan cuci ulang! Aku tidak mau a
a apa-apa. Ia tahu, melawan h
Permain
ira semakin sulit. Siang itu, ketika Naira sedang menye
nmu," katanya dengan nad
apa yang sedang direncanakan ka
"Santai, dong. Aku cuma mau kamu ambilkan pes
ku masi
au kamu malas-malasan di rumah!" po
ngambil uang yang dilemparkan Ayla ke meja. Ia ta
an Mala
kembali merasakan debaran jantungnya yang tak terkendali. Ia meng
embuatnya terlihat lebih dingin dari bi
mbat," kata
"Maaf, ada pek
uangan itu terasa lebih sunyi dari biasanya, hanya
Rafael, menunjuk s
ka ia duduk, Rafael mendekatinya, berdiri di
anggilmu ke sini lagi?" t
enggele
atapnya tajam, seolah menembus pikirannya. "Kamu bilang ini
" suara Naira
angku, Naira. Ada kebencian, tapi juga ada sesuatu yang
ibirnya, mencoba menyangkal. "Aku n
mendekatkan wajahnya ke wajah Naira. "Karena ka
gin berteriak, ingin lari, tapi t
tetap mendominasi. "Aku nggak peduli apa yang kamu rasakan sekarang. Ya
n dan Ras
Di satu sisi, ia merasa semakin terikat pada Rafael, tapi di si
ya, menatap bayangan dirinya d
ia punya pilihan? Rafael adalah satu-satunya ora
eras. "Naira! Cepat ke ruang tam
langkah ke ruang tamu. Di sana, Rossa dan Ayla
lemparkan sebuah am
sinya adalah cek yang dikirim Rafael sebaini?" tanya Rossa
. Ia hanya bisa diam, berharap mer
, lalu menatap Naira dengan tatapan pe
ya memerah karena malu
h kemarahan. "Aku tahu kamu pasti melakukan s
ja kamu tiba-tiba dapat uang. Ternyata
dak berkata apa-apa. Ia tahu, apa pun yan
gelap, memeluk lututnya erat-erat. Hanya ada satu pi
Conti
dan Rafael, serta ketegangan di dalam rumah. Apakah Anda ingin menambahkan lebih banyak detai
mar kecilnya. Di hadapannya, layar ponsel terus menyala
, aku ingin kamu di sini
m ponselnya erat-erat, napasnya terasa berat. Ia merasa seperti boneka yang sedang dimainkan,
isiknya lirih, air ma
-
di Rumah yan
sudah bangun lebih awal dari siapa pun, menyelesaikan pekerjaan rumah agar tidak mendapat te
ssa berdiri di depan dapur, melipat tangan dengan wajah penuh amarah.
oba menjelaskan. "Itu noda yang
"Kamu ini memang nggak berguna! Kalau aku tahu kamu hanya ak
. Ia menggigit bibirnya, menah
baju ini dan cuci ulang! Aku tidak mau a
a apa-apa. Ia tahu, melawan h
-
n Permain
ira semakin sulit. Siang itu, ketika Naira sedang menye
nmu," katanya dengan nad
apa yang sedang direncanakan ka
Santai, dong. Aku cuma mau kamu ambilkan pesan
ku masi
au kamu malas-malasan di rumah!" po
gambil uang yang dilemparkan Ayla ke meja. Ia tahu
-
uan Mala
kembali merasakan debaran jantungnya yang tak terkendali. Ia meng
embuatnya terlihat lebih dingin dari bi
mbat," kata
"Maaf, ada peker
angan itu terasa lebih sunyi dari biasanya, hanya t
Rafael, menunjuk s
ka ia duduk, Rafael mendekatinya, berdiri di
nggilmu ke sini lagi?" tan
nggeleng
atapnya tajam, seolah menembus pikirannya. "Kamu bilang ini
suara Naira te
angku, Naira. Ada kebencian, tapi juga ada sesuatu yang
ibirnya, mencoba menyangkal. "Aku n
mendekatkan wajahnya ke wajah Naira. "Karena ka
gin berteriak, ingin lari, tapi t
tetap mendominasi. "Aku nggak peduli apa yang kamu rasakan sekarang. Ya
-
n dan Rasa
Di satu sisi, ia merasa semakin terikat pada Rafael, tapi di si
a, menatap bayangan dirinya di
ia punya pilihan? Rafael adalah satu-satunya ora
eras. "Naira! Cepat ke ruang tam
angkah ke ruang tamu. Di sana, Rossa dan Ayla s
lemparkan sebuah am
sinya adalah cek yang dikirim Rafael sebaini?" tanya Rossa d
. Ia hanya bisa diam, berharap mer
, lalu menatap Naira dengan tatapan pe
a memerah karena malu d
kemarahan. "Aku tahu kamu pasti melakukan ses
a kamu tiba-tiba dapat uang. Ternyata k
dak berkata apa-apa. Ia tahu, apa pun yan
gelap, memeluk lututnya erat-erat. Hanya ada satu piki