Sugar Daddyku Kakak Iparku
dadanya tak kunjung mereda. Pikirannya terus berputar, antara hinaan Rossa, ejekan Ayla,
sejauh ini?" pikirnya sambil menatap
ung sekaligus ancaman terbesar dalam hidupnya. Setiap pertemuan den
asi deng
pesan singkat dari Rafael yang meminta pertemuan, ia memutusk
ira tegas ketika Rafael mem
pak terkejut. "Biasanya kamu
an, menatap Rafael dengan sorot mata yang t
ngan santai, berjalan m
Aku merasa seperti... boneka. Kamu mengatur hidupku, tapi
neka? Kamu salah besar. Aku memberikanmu kesempatan, Nair
ranya mulai bergetar. "Aku kehilangan diriku s
memaksamu, Naira. Kamu yang memilih jalan ini. Aku hanya mema
k!" kata Naira, lupa dengan larangan
ngin. "Jangan panggil a
? Apa kamu ingin aku benar-benar tunduk sepenu
Kamu bisa memanggilku apa saja, Naira. Tapi satu hal yang pasti: aku adalah pr
yang M
. Di satu sisi, Naira ingin menjauh darinya, tetapi di sisi lain, ia t
jadi. Mereka terus memanfaatkan setiap kesempatan untu
bertemu di dapur. "Kamu bahkan nggak bisa mempertahan
an tangis yang sudah te
mengejek. "Setidaknya kamu tahu caranya mendapatk
ang Menguba
di sebuah restoran mewah. Awalnya, Naira menolak, tetapi Rafael
pi. Naira merasa canggung dengan pakaian sederhana
atanya dengan nada datar
guk kecil, tidak ta
merasa terjebak. Tapi percayalah, aku tidak berniat menyakitimu. A
enuh kebingungan. "Kenapa kamu melakukan ini untukku?
ghela napas panjang. "Karena kam
ira mengernyit,
ra rendah. "Dan aku kehilangan dia karena aku tidak bisa mel
n dari Rafael-sisi yang rapuh dan penuh penyesalan. Tetapi pada saat yang sama, ia ta
"Aku menghargai apa yang kamu lakukan, tapi aku butuh lebih da
am-dalam, tetapi tida
k Ket
lai mengatur jadwal Naira dengan lebih ketat, memastikan b
lain yang dikirim Rafael, dan
elayangkan cek itu ke wajah Naira. "Kamu menjual
"Aku bilang juga apa, Ma? Dia
uh air mata. "Kalian tidak pernah peduli padaku! Sejak Papa meninggal, kalian hanya melih
h menjadi amarah. "Kamu benar-benar durhaka! Keluar da
air mata mengalir, ia meninggalkan ru
n yang
ang yang bisa ia tuju. Ketika pria itu ti
uat keputusan, N
emah. "Aku tidak p
amu hanya milikku," kata Rafael,
Rafael. Tapi di dalam hatinya, ia berjanji bahwa suatu hari,
Conti
ternal yang mereka rasakan, serta kemungkinan adanya tokoh baru yang memengaruhi dinamika cerita. Apakah Anda i
adanya tak kunjung mereda. Pikirannya terus berputar, antara hinaan Rossa, ejekan Ayla, da
sejauh ini?"** pikirnya sambil menatap
ung sekaligus ancaman terbesar dalam hidupnya. Setiap pertemuan den
-
asi dengan
pesan singkat dari Rafael yang meminta pertemuan, ia memutusk
ira tegas ketika Rafael mem
pak terkejut. "Biasanya kamu
n, menatap Rafael dengan sorot mata yang tak
ngan santai, berjalan m
Aku merasa seperti... boneka. Kamu mengatur hidupku, tapi
eka? Kamu salah besar. Aku memberikanmu kesempatan, Naira.
ranya mulai bergetar. "Aku kehilangan diriku s
memaksamu, Naira. Kamu yang memilih jalan ini. Aku hanya mema
k!" kata Naira, lupa dengan larangan
ngin. "Jangan panggil a
? Apa kamu ingin aku benar-benar tunduk sepenu
Kamu bisa memanggilku apa saja, Naira. Tapi satu hal yang pasti: aku adalah pr
-
yang Men
. Di satu sisi, Naira ingin menjauh darinya, tetapi di sisi lain, ia t
adi. Mereka terus memanfaatkan setiap kesempatan untuk
bertemu di dapur. "Kamu bahkan nggak bisa mempertahan
an tangis yang sudah te
mengejek. "Setidaknya kamu tahu caranya mendapatkan
-
yang Menguba
di sebuah restoran mewah. Awalnya, Naira menolak, tetapi Rafael
pi. Naira merasa canggung dengan pakaian sederhana
tanya dengan nada datar ke
uk kecil, tidak tahu
merasa terjebak. Tapi percayalah, aku tidak berniat menyakitimu. A
enuh kebingungan. "Kenapa kamu melakukan ini untukku?
ghela napas panjang. "Karena kam
ira mengernyit,
ra rendah. "Dan aku kehilangan dia karena aku tidak bisa mel
dari Rafael-sisi yang rapuh dan penuh penyesalan. Tetapi pada saat yang sama, ia tahu
"Aku menghargai apa yang kamu lakukan, tapi aku butuh lebih dari
am-dalam, tetapi tida
-
k Keteg
lai mengatur jadwal Naira dengan lebih ketat, memastikan b
lain yang dikirim Rafael, dan
layangkan cek itu ke wajah Naira. "Kamu menjual di
"Aku bilang juga apa, Ma? Dia
uh air mata. "Kalian tidak pernah peduli padaku! Sejak Papa meninggal, kalian hanya melih
h menjadi amarah. "Kamu benar-benar durhaka! Keluar da
ir mata mengalir, ia meninggalkan ruma
-
an yang
ang yang bisa ia tuju. Ketika pria itu ti
uat keputusan, N
emah. "Aku tidak p
amu hanya milikku," kata Rafael,
Rafael. Tapi di dalam hatinya, ia berjanji bahwa suatu hari,