Perjodohan Tidak Diinginkan
Adrian tetap kelam. Nadira baru saja keluar dari kamar k
u di ruang makan, Nyonya Nad
kabar baik. Dengan langkah hati-hati, dia menuju ruang makan, di
enyum sopan. "Selam
pat tangannya di dada, menatap Nadir
setiap kali melihatmu, Nadira?" ta
ludah. "Apa y
n Adrian, kau punya hak untuk tinggal di sini dan berpura-pura menj
p tenang. "Aku tidak pernah berniat merebut apa pun darimu, Kak R
r aku tidak tahu cara kau memandang Adrian? Kau ingin dia me
tu tidak benar! Aku tidak p
rpura-pura suci, Nadira. Kau hanyalah gadis kecil yang dipaksa m
nia. "Aku mungkin bukan siapa-siapa, Kak Rania, tapi aku tidak pernah ingin
ak akan pernah berdamai dengan keberadaanmu di sini. Jadi, kau sebaiknya be
n Pilihan
nnya terus melayang pada situasi di rumah. Dia tahu bahwa Rania dan Nadira tidak
untuk pulang lebih awal. Ketika dia sampai di rumah, dia menemu
panggil Ad
elihat Adrian. Dia segera
sinya sulit dibaca. "Ak
embicaraan. "Aku tahu Rania tidak memperlakukanmu
tidak menyalahkannya. Aku ta
" kata Adrian tegas. "Aku ingin kau tahu, aku ak
erkaca-kaca. "Terima kasih, Adrian.
a menjawab, suara keras m
marah, tangannya mengepal. "Apa ya
nangkan Rania. "Rania, tenan
nia menunjuk Nadira. "Apa kau lupa sia
dia tetap berdiri di tempatnya. "Kak Raberkilat marah. "Kau pikir kau bisa m
engendalikan situasi. "Rania, cukup! Ak
marahi Nadira, mengeluarkan kata-kata t
yang M
cara fisik maupun emosional. Dia tahu bahwa hidup sebagai istri kedua Ad
. "Bu, aku tidak tahu apakah aku bisa teru
a ini demi masa depanmu. Ingatlah, tidak ada y
mengalir di pipinya. Dia hanya bisa berha
yang selalu mencoba untuk bertahan. Hatinya merasa berat. Dia tahu bahwa dia harus mengambil keputusan
an terjebak di tengah-tengah. Konflik ini bukan hanya tentang ci
ya di rumah ini. Apakah dia benar-benar di sini u