VELIN SEAN
a di penglihatannya. Sudah terlalu pagi! Velin meregangkan otot kakunya, ternya
baik saja. Daripada disebut manusia, Velin malah lebih pantas disebut sebagai Zombi! Wajah sembab dengan mata bengkak akib
itu benar-benar lebih mi
asi dari hidupnya. Sekuat apa pun ia menyingkirkan lelak
erik
embuat Sean begitu sema
menyakitinya. Jika menyukainya sudah pasti Sean akan memperlakukann
n, S
mengguyurnya menggunakan air yang dicampur adonan telur busuk. Kemudian menyere
u pa
af? Jela
ing jatuh di got. Bahkan saat satpam sekolah menemukan Velin esoknya
melakukan kesalah
tu pantas di
saja t
banyak lagi. Dan Velin tidak ingin mengingat akan
kembali, tanpa ketakutan, tanpa penindasan dan tanpa air mata. Namun, nyatanya itu hanya
ah takdir
idak perlu bertemu dengan luka masa lalu. Seharusnya! Sialnya, se
ka lama dan membentuk luka baru yang jauh lebih mengerikan
mpatan untuk melarikan diri. Dan mengerikannya, di tengah jalan nan sepi, Sean dengan kejinya mencumbuinya. Ya, memperlakukannya de
an lidah yang bercampur saliva masih terasa di seluruh tubuhnya
kal dalam masalah." Itu ancaman yang memb
nusia, jelas
*
n vas bunga yang melayang tepat di cermin. Hancur berkeping!
ti. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya tampak memutih. Kebenciannya pada
us ing
idak memiliki niat untuk membukanya. Sungguh, ia sangat tidak ingin diganggu setelah apa y
un
Velin yakin itu Mili! Dengan cepat ia menghapus air mata. Alasann
mbak khawatir." Kemudian nada suara itu berubah menjadi pelan. Jelas, si emp
i, usahakan untuk makan meskipun sesuap. Makanannya m
etelahnya. Mili sepert
e
ny
rapa menit. Kemudian mendengus kasar sebelum memut
ain. Ia tidak ingin Mili
as seketika. Sosok yang ingin ia hindari, yang memberi luka begitu perih sedan
k di otak Velin, kenapa
i sebelum Sean sadar akan kehadirannya. Ia tidak ingin terus berurusan deng
ku
elah menyadari kehadirannya. Kemudian bangkit
empat terkejut akan nada itu tetapi kemud
belum sarapan." Sean mendudukkan Velin di bantala
ni?" Pelan tetapi
um simpul. "
amnya saat mendengar kalimat itu
gi kekhawatiranmu." Sekuat tenaga Veli
i, tapi i
usaha menyendokkan bubur ke mulutn
isa dibendung. "Aku membencimu!" pekik Velin bersamaan
sa mungkin ia menahan diri untuk tidak meluapkan kemarahan
menuju kamar, meninggalkan Sean yang
uk kedua kakinya dan menyusupkan kepalanya
perti apa lagi takdir yang menghampirinya. Mungkin akan ada ya
ng tercipta