Jatuh Cinta Dengan CEO Duda
ara Sinta segera memulai harinya dengan memeriksa jadwal rapat dan dokumen penting. Hari-hari perta
an menjadi awal dari hubungan yang tak terduga denga
embali ke mejanya untuk menyelesaikan laporan. Ia sedang fok
misi
pan tahun, mengenakan seragam sekolah dengan tas punggung biru yang terlihat terlalu besar untuk tubuh kecil
dik kecil cari siapa?" tanya Sint
bir bawahnya, terlihat ragu-ragu. Setelah beberap
era menyadari bahwa ini pasti anak dari Dimas, ya
pelan. "Iya...
uangan Dimas. Setelah mendapat izin masuk, ia membuka p
ikit melembut saat melihat anaknya berdiri Di depan pintu.
di luar. Namun, sebelum pintu ditutup, Dimas berkata kepada Sinta, "Sint
ak," jaw
membelikan beberapa camilan ri
an pekerjaannya, tetapi pikirannya tetap tertuju pada pertemuan singkatnya dengan Arya. Anak itu tampak pendi
ah, menggenggam erat ritsleting tasnya. Ia berdiri di depan meja Sinta, se
bisa kak Sinta bantu?" tany
saya yang hilang...
pa itu?" tanya Si
aya kumpulkan besok, saya pasti di
ng penuh kecemasan. "Yuk, kita lihat bersam
Arya membuka tas dan memeriksa isinya satu per satu. Setela
gaimana ini? Saya tid
memegang bahunya. "Kita pikirkan solusi
k, meski masih
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita
mengangkat wajahnya
oalnya, kita bisa menuli
a mengangguk. "Baiklah. Tapi kalau
s berusaha mengingatnya, na
a d
o ikut kak Sinta."
a bisa duduk dengan nyaman. Ia mengambil beberapa lembar kertas kos
coba kamu ingat soalnya ya," k
rya pelan, matanya terfokus pada meja. "Kalau
ngat mengingat PR itu. S
sepuluh soal,
at dengan benar.
a puluh delapan
tanyaan untuk memastikan Arya mengingat dengan benar. Setelah beberapa sen
kecil sudah belajar soal yang
a. Itu pertama kalinya sejak awal mereka bertemu, dan Sin
al ini bersama-sama. Saya bantu sedik
nta memberikan penjelasan sederhana ketika Arya mengalami kes
sekitar setengah jam. Ia memandang
ras, Arya, kamu hebat," kata Sinta
lebar kali ini. "Teri
terima kasih sudah memanggil saya dengan nama.
tetapi ia terlihat
*
Dimas keluar dari ruangannya. Ia mendek
Pak. Kami baru selesai memb
hi. "Membuat pulang
tidak apa-apa, kami berhasil menyusunn
alu mengangguk. "Terima
yang pintar, kok. Dia han
rlibat langsung dalam kehidupan sekolah Arya, dan bantuan kecil
*
ceria. Di dalam mobil, ia bercerita kepada ayahnya te
, Pa," kata Arya
esuatu yang berbeda pada Arya malam itu, anaknya yang bia
alam hatinya ia mulai menyadari bahwa kehadiran Sinta mun
mbuat PR, kalau tidak, aku p
nta, tentang bagaimana mereka m
kat dengan Arya akan meninggalkan kesan mendalam. Dalam hati, ia merasa senang karena bisa membantu anak