DALAM DEKAPAN PENGKHIANATAN
ng panjang dan penuh pergolakan emosional membuat tidurnya tidak pernah nyenyak. Ia bangkit dari tempat tidur dan melihat ke sekeliling kamar yang sepi.
sejenak kenyataan yang menghimpitnya. Ia mengenakan pakaian kasual, memilih untuk tidak terlalu berpikir panjang, dan berjalan menuju kafe kecil yang sudah lama i
di tengah kegalauan yang sedang ia rasakan. Ia berjalan ke salah satu meja di sudut yang lebih sepi dan duduk dengan
duduk di meja seberangnya, membuatnya terkejut. Nadira lan
merasa tempat ini kosong dan ada satu kursi yan
rang itu tampaknya lebih muda darinya, dengan rambut
agu. Ia tidak merasa terganggu, justru ada sesuatu dalam cara p
mbil mengulurkan tangan. Nadira, masih sedik
jawabnya
ke kafe ini, aku hanya duduk dan menikmati kopi sambil membaca buku. Tapi sepertinya hari ini ada ce
eranian Adrian yang sangat santai. "Saya... saya hanya ingin me
meskipun mereka baru bertemu. "Pernikahan yang terlalu sibuk? At
hal pribadi dengan orang yang baru saja dikenal. Tetapi ada sesuatu dalam diri Adrian
yang mulai tumbuh dari percakapan sederhana ini. "Kadang, semuanya
. Kadang kita merasa terjebak dalam rutinitas, dalam peran yang kita mainkan. T
egitu tepat sasaran. Ia menyadari, meskipun mereka baru berte
?" Nadira bertanya pelan, meskipun ia tah
pernah mengalami itu. Terkadang kita hanya butuh seseorang untuk berbicara, u
itu padanya. Bahkan saat ia berbicara dengan Aryo, perasaannya sering terabaikan. Tapi
sementara Nadira menceritakan beberapa hal tentang hidupnya sebagai ibu dan istri yang terperangkap dalam rutinitas yang sama. Mereka berbi
ahkan tenang. Adrian membuatnya merasa seperti dirinya penting, seolah-olah ia dihargai bukan hanya
beberapa saat terdiam, tersenyum tul
terima kasih. Kadang-kadang, kita hanya butuh seseorang untuk menja
ia rasakan, atau karena Adrian benar-benar seorang pria yang berbeda. Namun, ada sesuatu yang menyentuh dalam dirinya y
ngan perasaan yang campur aduk. Ia merasa sedikit bingung, tetapi juga me
ing datang ke sini. Kapan saja," kata Adr
ersenyum samar. "Terima kasih, A
rah ke sesuatu yang lebih, atau sekadar sebuah pertemuan singkat yang menghibur di tengah keputusasaan. Tetapi, untuk pertama
entang Adrian mulai mengisi ruang kosong dalam hidupnya yang sepi. Setiap kali ia merasa terperangkap dalam rutinitas atau terabaikan oleh Aryo, bayangan pe
uncul dari rasa kesepian yang terus menghantuinya. Meski begitu, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan Adrian. Sesuatu dalam diri pria
ya melirik ke sekitar, mencari-cari sosok pria yang pernah membuatnya merasa nyaman, namun tidak ada tanda-tanda Ad
ira menoleh, ia melihat Adrian masuk dengan senyum hangatnya. Tanpa ragu, ia b
" kata Adrian dengan senyum ya
r lebih cepat dari yang ia inginkan. "Kamu sering datang
ja di dekat sini, jadi sering mampir jika butuh istirahat
g. Mereka duduk dalam keheningan sejenak, menikmati kopi masing-masing. Rasanya, percakapan kali in
Adrian, memulai percakapan lagi. "Ma
ng aku merasa seperti hidup ini terus berputar dalam lingkaran yang sama. Aku mer
gerti perasaan itu. Kadang, kita terlalu terfokus pada apa yang harus kita
eresap. "Kadang aku merasa sudah tidak tahu lagi apa yang aku in
bih dalam dari yang ia ungkapkan. "Kebahagiaan itu kadang datang dari hal-hal kecil yang sering kita abaikan. T
Aku rasa aku sudah lama lupa siapa diriku," katanya pelan. "Aku sibuk menjadi ibu, istri, dan wanita yang sela
ka kita merasa harus selalu memenuhi harapan orang lain. Tapi kamu berhak untuk merasa
ari sudut pandang yang berbeda. Suasana kafe itu terasa lebih intim, meskipun mereka masih duduk dalam keheningan yang hanya dipenuhi
encoba mengalihkan perhatian. "Apa kamu selalu berbica
lumnya. "Hanya kalau orang itu terlihat benar-benar membutuhkan seseorang u
rti itu?" Nadira berta
rasa kamu hanya butuh sedikit perhat
bih dari sekadar percakapan biasa. Adrian memberi perhatian yang sela
bersamanya membuat Nadira merasa sedikit lebih hidup.
ambu