DALAM DEKAPAN PENGKHIANATAN
hanya ada suara detak jam yang perlahan mengisi kekosongan malam. Aryo, suaminya, belum pulang. Sudah hampi
ah pasangan yang selalu saling berbicara tentang apa saja, merencanakan masa depan, atau bahkan sekadar berbagi tawa tentang hal-hal sepele.
mendengarkan cerita-cerita ringan dari Nadira tentang anak-anak mereka atau hal-hal kecil yang terjadi sepanjang hari.
mencoba untuk tidak berpikir buruk, untuk tidak merasakan kekecewaan setiap kali Aryo pulan
mimpi, bahkan menghadapi segala rintangan bersama. Aryo yang dulu penuh perhatian, yang selalu ada untuknya di saat-saat te
tidak akan terjadi. Tidak ada pesan, tidak ada panggilan. Hanya sebuah notifikasi yang memberitahunya bahwa Aryo
pada karirnya. Waktu itu, Nadira hanya bisa tersenyum pahit dan mengangguk, meskipun hatinya terluka. Kini,
n maknanya? Apakah Aryo masih peduli padanya, atau ia hanya terjebak
gan kegelisahan yang tak bisa ia ungkapkan. Ia tahu, suatu saat, perasaan ini harus dihadapi, entah bagaimana caranya. Namun
dira mulai meragukan apakah ia
ada jam dinding yang kini menunjukkan pukul 12:30 malam. Tidak ada tanda-tanda Aryo akan
erisi percakapan ringan tentang anak-anak mereka yang sedang tidur. Nadira merasa sedikit kecewa, namun ia tidak ingin terlalu t
ertekan. Akhirnya, ia memutuskan untuk menghubungi Aryana? Aku sudah m
pa tanda-tanda dibaca. Nadira menatap layar ponselnya, seakan berharap pons
matanya. Aryo melangkah masuk dengan langkah terburu-buru, meletakkan tas kerjanya di meja dan melepas se
, mencoba untuk terseny
i kusut. Nadira menatapnya, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan, teta
engendalikan suara yang sedikit bergetar. Ia tidak ingin t
dira. Pekerjaan yang tidak ada habisnya," jawabnya sambil memijat pelipisnya
gi menahan rasa kecewa yang semakin mendalam. Aryo tidak melihatnya, tidak mendengarnya. Pekerjaan
inggal di rumah yang sama?" tanya Nadira, suaranya sedikit gemetar. Tanpa sadar,
Nadira dengan kebingungannya. "Apa maksud
ta sudah semakin jauh. Aku di sini, merasa sendirian, dan kau hanya sibuk dengan pekerjaanmu.
a keras untuk masa depan kita, Nadira. Aku tidak ingin kita hi
ngan kesendirian ini. Dengan perasaan yang aku pendam setiap hari. Kau pikir aku tidak ingin
aku tidak sempurna, Nadira. Tapi aku tidak tahu apa yang kau harapkan dari aku. Apa yang bis
rustasi dan kesepian semakin mencekiknya. Dia ingin meneriakkan semua
n lagi pasangan yang saling berbagi seperti dulu. Aku tidak tahu bagaimana bisa tetap bertahan sep
at panjang, Nadira tidak bisa mendengar apa-apa selain
aku sekarang?" tanya Aryo pelan, s
Nadira dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Aku han
sangat asing-rasa putus asa yang mendalam. Ia tahu, mungkin hal itu sudah terlambat. Mungkin Aryo
ngi punggung suaminya yang perlahan menghilang di balik pintu. Begitu lama mereka tidak berbicara dari hat
g Aryo mengunci pintu kamar mandi, Nadira tahu, untuk pertama
ambu