CINTA YANG TERSESAT
gerimis membasahi halaman, menciptakan suara ritmis yang biasanya bisa menenangkan pikiranny
gat dan penuh canda, kini terasa dingin dan kaku. Lila semakin sibuk dengan pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan
r dari pintu. Ia berdiri di sana, mengenakan da
pa melihatnya. "Cuma
lu, Lila adalah pusat dunianya. Senyumnya bisa menghapus lelah setelah seharian bekerja, tawa riangn
kantor?" tanya Arman, m
at besar, dan aku mungkin pulang larut. Ka
wab Arman singkat, beru
, mencoba mencari jejak wanita yang dulu begitu ia cintai. Wanita yang selalu bersemangat berbicara tentang mimpi-mim
ita punya waktu untuk kita b
gkat, seperti tidak mengerti maks
rsama, bicara tentang sesuatu selain pekerjaan
a waktu. Kamu tahu sendiri, pekerjaan semakin menu
ni terasa sepi, Lila. Aku merasa sepe
u tahu aku melakukan yang terbaik. Semua ini untuk k
akah ini benar-benar untuk kita. Kadang aku merasa
amu tak mengerti, Arman. Hidup ini bukan cuma soal cinta atau perh
aling terhubung?" Suara Arman melemah. "Apa gu
ngan itu, Arman merasakan sesuatu yang semakin menggerogoti dirinya-kebosanan, kelelahan, dan keraguan. Apakah ini ci
a sama-sama sibuk," katanya pelan sebelum berdiri dan ma
lai merasakan kekosongan yang sama-perasaan yang selama ini ia abaikan karena terj
kerja di sudut ruangan, tempat Lila sering duduk hingga larut malam dengan laptop menyala, dikelilingi oleh
t. Rasanya seperti ada sesuatu yang menjauh setiap kali ia mencoba mendekat. Pernikahan yang
ar mandi. Arman memperhatikannya dalam diam. Wajah Lila tampak lelah, tapi bukan kelelahan yang hanya berasal dari pekerjaan. Se
ja kerjanya, memeriksa beberapa berkas yang tertinggal. Arman merasa frustrasi. Inikah yang disebut rumah? Di mana kebersam
," ucap Arman pelan,
Lila singkat,
yang ke masa lalu, saat pernikahan mereka masih baru. Mereka dulu selalu saling berba
itu terasa seperti tanggung jawab yang terus menerus menguras energinya tanpa pernah mendapat pengisian ulang. Arman berbalik, menatap p
nggema di telinganya, membawa rasa bersalah yang samar. Ia tahu Arman merasa terabaikan, tapi apa yang bisa ia lakukan? Pekerjaan
n berbaring di sisi Arman. Tidak ada kata-kata yang terucap. Udara di antara mereka terasa berat, penuh dengan hal-hal yang tak
, Arman merasakan ada yang hilang. Hubungan mereka sudah lama tak terasa seperti dulu. Ia rindu kehangatan, rindu sentuhan, rindu perc
melayang ke perasaan hampa yang terus menghantuinya. Dia mencintai Lila, tentu saja, tapi di sisi lain, ia merasa seperti terjebak dalam ruti
menggoda, sesuatu yang belum pernah ia rasakan dalam beberapa tahun terakhir. Rasa ingin mela
k tentang kemungkinan lain, tentang kehidupan yang lebih bebas, tanpa beban tanggung jaw
ir tak sempat berpamitan, hanya sebuah pelukan singkat dan kata
tu tertutup, kesunyian kembali mendominasi rumah mereka. Arman memandang meja makan yang k
et, meeting at 11. Can't
rsenyum di kantor. Sinta selalu tampak ceria, penuh perhatian, berbeda dengan kesu
rd to it too.
ah lama hilang. Namun, di balik kegembiraan itu, ada juga rasa bersalah yang per
ambu