CINTA YANG TERSESAT
a tak ingin mengakuinya. Pikirannya berkecamuk, memikirkan pertemuan yang akan terjadi. Di sudut hatinya, ia menyadari ba
nyalakan laptop, tapi pikirannya tidak fokus. Hanya beberapa menit kemudian, Sint
nta ceria, meletakkan
sedikit gugup. "Pagi, Sinta. K
belum rapat. Lagi pula, aku suka suasana kantor saat masih t
tang dirinya yang berbeda. Perhatian yang ia berikan kepada Arman terasa tulus, tidak seperti percakapan formal yang biasa ia miliki dengan Lila di
Sinta, berjalan mendekat dengan seny
njaga suaranya tetap stabil. "Kam
atau tidak, aku akan hadapi. Tapi sejujurnya, aku lebih santai k
ikan di balik nada suaranya. Arman merasakan sesuatu yang hangat menjalar di dalam dirinya-sebuah perasaan yang telah lama ia r
yikan senyum kecil di wajahnya. "Aku juga senang beker
alu merasa ada yang spesial tentang kamu. Bukan cuma soal kerjaan, tapi cara kamu bicara
bahwa dirinya begitu transparan di mata Sinta. Perasaan kosong yang sela
encoba tersenyum, tapiTapi kadang aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupmu. Ses
ang merasa jauh, terasing dari kehidupan yang seharusnya membahagiakan. Namun, menden
ri meja dan tersenyum lagi. "Tapi, itu hanya perasaanku saja.
idak bisa lepas dari Sinta. Perkataan dan tatapannya terus terngiang. Ada magnet yang
men di depan mereka. Presentasi berjalan lancar, tapi Arman sulit memusatkan perhatian sepenuhnya pada apa yang sedang dibicarakan. Ia bi
rapat selesai, semua orang mulai bersiap kembali ke meja kerja masing-masing, tetapi Sint
nta dengan nada santai, tapi ma
merasakan detak jantungnya meningkat. "Kamu juga
, "Kamu ada waktu makan siang nanti? Aku tahu tempat y
lebih dalam. Arman tahu, ia harus berhati-hati, namun a
setelah jeda singkat, hatinya mulai dik
gan binar di matanya. "Aku tahu kita a
. Percakapan mereka ringan pada awalnya-tentang pekerjaan, rekan-rekan di kantor, dan hal-hal kecil
iba-tiba, tanpa rencana sebelumnya. Sinta
tanya Sinta pelan, matanya
. Dalam rutinitas yang tidak ada habisnya. Aku
suara lembut, "Mungkin kamu hanya butuh sesuatu y
a terlalu lama tanpa merasa hatinya berdebar. Ia tahu apa yang i
angkah lebih jauh, mungkin tidak ada jalan untuk kembali. Namun, godaan itu be
Arman mulai ter
. Suasana di sekitar mereka begitu tenang, namun percakapan di antara mereka justru semakin d
n dengan tatapan lembut. "Kamu pernah mencoba mencari
abannya dengan hati-hati. Sebenarnya, ia sudah tahu apa yang hilang-perasaan dicintai, dihargai,
ya dengan hati-hati. "Lila terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dan di rumah, kami seperti hanya dua orang ya
hanya menatap Arman dengan tatapan yang hangat, seolah memaham
suaranya lebih pelan, seolah berbicara pada dir
ang kita terjebak dalam rutinitas, dalam kehidupan yang kita kira akan membuat ki
nya tanpa menghakimi, seseorang yang bisa memahami perasaannya. Dan itulah yang membuatnya semakin tertarik pada Sint
hari yang lembut menyinari wajah mereka, dan angin sepoi-sepoi membawa keseju
an. "Terima kasih, Arman. Makan siang ini sangat menyenangkan," katanya
ari sekadar basa-basi. Ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-kata Si
jawabnya dengan senyum tipis
an dan perasaan yang baru saja mereka bagi masih terus berputar di pikiran Arman. Langkah kakin
. Ia terus memikirkan Sinta, tentang senyumannya, tatapannya, dan bagaimana percakapan
ri sendiri, tapi perasaan itu tak k
selalu berpapasan di lorong, di ruang kopi, atau bahkan saling mengirim pesan singkat yang awa
kerja berakhir, Sinta me
nongkrong sebentar? Aku tahu
enjauh. Tapi di sisi lain, ada magnet yang kuat menariknya semakin mendeka
s good. Ayo ketemu
angkah yang ia ambil bersama Sinta semakin membawanya menuju jurang yang lebih dalam. Namun, i
bercerita tentang banyak hal. Dari percakapan ringan tentang kerjaan hingga cerita-cerita pribadi yang membuat mere
nta tiba-tiba memandang Ar
bertanya-tanya, kenapa orang yang kelihatannya
Ia tahu maksud dari pertanyaan itu. Ia tahu
gkin karena kita terlalu sibuk mengejar hal-hal yang tid
u. "Mungkin," katanya pelan. "Atau mungkin,
hwa perasaan ini semakin jauh dari yang seharusnya. Namun, ada bagian dari dirinya
yang lebih terasa di antara mereka. Arman tahu bahwa ia telah melangkah lebih jauh dari yang
han menjauh, dan untuk pertama kalinya,
ambu